Selasa, 28 April 2020

KEPASTIAN


2 Korintus 5 : 17
Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan yang baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.



Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “Pasti”  artinya sama dengan sudah tetap; tidak boleh tidak; tentu; dan mesti. Sesuatu yang pasti seharusnya tidak akan mungkin bisa dibatalkan oleh apapun, karena jika batal maka itu bukan lagi kepastian tapi pengharapan yang palsu. Seorang teman pernah bercerita kepada saya bahwa ia adalah orang yang paling benci dengan seorang yang suka memberikan harapan palsu kepada dirinya, alias PHP. Saya tertawa dan mengatakan kepadanya bahwa, semua orang juga demikian karena perasaan penuh harap yang sudah melambung tinggi lalu tiba-tiba jatuh sangatah tidak nyaman dan menyakitkan tentunya. Pada akhirnya,  PHP hanya akan menghasilkan kekecewaan, kehilangan kepercayaan, dan kesedihan begi mereka yang menjadi korbannya. Saya rasa orang-orang muda seperti saya pasti kenal betul dengan perasaan seperti ini.

Sekarang, mari kembali membahas kepastian dari sudut pandang lain. Bagaimana dengan Kepastian dari Allah? Janji Allah yang mana yang mengandung kepastian yang kekal? Allah berjanji untuk terus menyertai kita anak-anakNya, itu hal yang pasti ( Ibr 13:5c). Meski ada banyak dinamika hidup yang kita alami, tapi sesuai janji-Nya bahwa Ia tidak akan pernah meninggalkan, bakan hal yang paling luar biasa adalah bukan hanya hidup yang saat ini kita jalani tapi juga hidup yang akan datang.  Keselamatan yang dari pada-Nya Ia berikan menjadi sebuah kepastian yang tidak dapat digagalkan oleh mahkluk manapun (Roma 8:38-39).

Saya teringat ketika masih berstatus mahasiswa saya terlibat dalam sebuah kelompok pemuridan. kakak kelompok saya sempat berkata begini: “setelah selesai dari tempat ini dan mulai menjalankan aktivitas sebagai seorang alumni, tidak sedikit teman-teman kalian yang sebelumnya juga aktif dalam kelompok kecil dan kegiatan rohani seperti ini mulai ragu dengan kepastian keselamatan diri mereka sendiri. Padahal, sebelumnya mereka adalah orang yang aktif dalam pelayanan bahkan penginjilan kini kehilangan visi”. Mendengar hal ini saya menjadi bingung sendiri. Apakah mungkin, orang yang telah menerima Yesus sebagai juruselamat dan Tuhan dengan sungguh-sungguh seiring berjalannya waktu bisa meragukan kepastian keselamatan yang telah ia miliki? Pertanyaan ini pun terjawab ketika saya sendiri mengalaminya. 

Ketika lulus dari perkuliahan dan menjalani hidup jauh dari komunitas bertumbuh, saya sempat jauh dengan persekutuan pribadi dengan Tuhan. Perlahan, kebiasaan manusia lama saya muncul hingga ada titik dimana saya kembali mempertanyakan iman bahkan janji Allah , “apakah aku benar-benar sudah jadi anakMu Tuhan?” atau “apakah aku masih layak Tuhan?” bahkan timbul pertanyaan “apakah aku masih bisa selamat ?” 

Jika anda membaca tulisan saya saat ini, dan kemudian menyadari bahwa anda juga mengalami posisi seperti yang saya alami, maka mari kita refleksikan sama-sama. Anda dan saya sebelumnya sudah percaya sungguh-sungguh kepada Tuhan Yesus yang telah datang kedunia ini, meninggalkan surga yang mulia dan merendahkan diri menjadi manusia yang menderita bahkan sampai mati dikayu salib agar saya dan anda diselamatkan. Anda dan saya telah menjadi ciptaan yang baru (2 Kor 5:17). Tapi, tiba-tiba sifat lama kita muncul seperti emosi yang dulunya sudah stabil kini kembali tak normal, semangat melayani yang dulunya berkobar-kobar kini padam, atau bahkan mungkin ada dosa yang kita lakukan yang membuat kita merasa butuh kembali pengampuan dari Allah sehingga kita pun meragukan kepastian keselamatan yang kita miliki. Adakah yang salah disini? Apakah keselamatan yang Yesus berikan bisa dibatalkan padahal kita tahu sendiri bahwa yang pasti yang berasal dari Allah tidak akan bisa berubah menjadi sesuatu yang relatif. Orang yang percaya menerima janji keselamatan satu kali untuk selama-lamanya, dan tidak ada yang bisa menggagalkannya, bahkan jika itu Allah sendiri (2 Tim 2:2).
Bukankah ini hal yang sangat luarbiasa?

Diselamatkan karena kasih karunia, diberikan kepatian secara sempurna.

Hanya saja, ada hal yang perlu diingat dan ditanam dalam lubuk hati yang terdalam bahwa: Kepastian Keselamatan bukan surat izin untuk berbuat dosa. Kita bisa saja berbuat dosa atau masih membawa kebiasaan lama kita, karena seperti tanaman yang butuh proses untuk bisa menghasilkan buah, maka demikianlah halnya bagi kita orang percaya. Iman yang benar nyata dari perbuatan yang benar (Yakobus 2:17). Sekalipun prosesnya lama, tapi harus ada perubahan menuju karakter Kristus karena kita sudah menjadi ciptaan yang baru.
Ingatlah. Kepastian keselamatan dari Tuhan merupakan jaminan terbesar dan terkokoh bagi kita yang percaya dan yang telah mengalami karya keselamatan Kristus secara pribadi. Jaminan keselamatan tidak terletak pada kesetian dan kebaikan kita yang mudah rapuh dan lelah untuk berpegangan pada tangan Allah, tapi terletak pada janji dan Firmannya (Yohanes 10:28).


Soli Deo Gloria
Tatengesan, 28 April 2020 (pagi-pagi benar di hari selasa :D)
PChrist_in




0 komentar :

Posting Komentar