2 Korintus 5 : 17
Jadi siapa yang ada di dalam
Kristus, ia adalah ciptaan yang baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya
yang baru sudah datang.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata
“Pasti” artinya sama dengan sudah tetap;
tidak boleh tidak; tentu; dan mesti. Sesuatu yang pasti seharusnya tidak akan
mungkin bisa dibatalkan oleh apapun, karena jika batal maka itu bukan lagi kepastian
tapi pengharapan yang palsu. Seorang teman pernah bercerita kepada saya bahwa
ia adalah orang yang paling benci dengan seorang yang suka memberikan harapan
palsu kepada dirinya, alias PHP. Saya tertawa dan mengatakan kepadanya bahwa,
semua orang juga demikian karena perasaan penuh harap yang sudah melambung
tinggi lalu tiba-tiba jatuh sangatah tidak nyaman dan menyakitkan tentunya.
Pada akhirnya, PHP hanya akan
menghasilkan kekecewaan, kehilangan kepercayaan, dan kesedihan begi mereka yang
menjadi korbannya. Saya rasa orang-orang muda seperti saya pasti kenal betul
dengan perasaan seperti ini.
Sekarang, mari kembali membahas kepastian dari sudut
pandang lain. Bagaimana dengan Kepastian dari Allah? Janji Allah yang mana yang
mengandung kepastian yang kekal? Allah berjanji untuk terus menyertai kita
anak-anakNya, itu hal yang pasti ( Ibr 13:5c). Meski ada banyak dinamika hidup
yang kita alami, tapi sesuai janji-Nya bahwa Ia tidak akan pernah meninggalkan,
bakan hal yang paling luar biasa adalah bukan hanya hidup yang saat ini kita
jalani tapi juga hidup yang akan datang.
Keselamatan yang dari pada-Nya Ia berikan menjadi sebuah kepastian yang
tidak dapat digagalkan oleh mahkluk manapun (Roma 8:38-39).
Saya teringat ketika masih berstatus mahasiswa saya
terlibat dalam sebuah kelompok pemuridan. kakak kelompok saya
sempat berkata begini: “setelah selesai dari tempat ini dan mulai menjalankan
aktivitas sebagai seorang alumni, tidak sedikit teman-teman kalian yang
sebelumnya juga aktif dalam kelompok kecil dan kegiatan rohani seperti ini
mulai ragu dengan kepastian keselamatan diri mereka sendiri. Padahal,
sebelumnya mereka adalah orang yang aktif dalam pelayanan bahkan penginjilan kini kehilangan visi”.
Mendengar hal ini saya menjadi bingung sendiri. Apakah mungkin, orang yang
telah menerima Yesus sebagai juruselamat dan Tuhan dengan sungguh-sungguh seiring berjalannya waktu bisa meragukan kepastian keselamatan yang telah ia
miliki? Pertanyaan ini pun terjawab ketika saya sendiri mengalaminya.
Ketika
lulus dari perkuliahan dan menjalani hidup jauh dari komunitas bertumbuh,
saya sempat jauh dengan persekutuan pribadi dengan Tuhan. Perlahan,
kebiasaan manusia lama saya muncul hingga ada titik dimana saya kembali
mempertanyakan iman bahkan janji Allah , “apakah aku
benar-benar sudah jadi anakMu Tuhan?” atau “apakah aku masih layak Tuhan?”
bahkan timbul pertanyaan “apakah aku masih bisa selamat ?”
Jika anda membaca tulisan saya saat ini, dan kemudian menyadari bahwa anda
juga mengalami posisi seperti yang saya alami, maka mari kita refleksikan
sama-sama. Anda dan saya sebelumnya sudah percaya sungguh-sungguh kepada Tuhan
Yesus yang telah datang kedunia ini, meninggalkan surga yang mulia dan
merendahkan diri menjadi manusia yang menderita bahkan sampai mati dikayu salib
agar saya dan anda diselamatkan. Anda dan saya telah menjadi ciptaan yang baru
(2 Kor 5:17). Tapi, tiba-tiba sifat lama kita muncul seperti emosi yang dulunya
sudah stabil kini kembali tak normal, semangat melayani yang dulunya berkobar-kobar kini padam, atau bahkan mungkin ada dosa yang kita lakukan
yang membuat kita merasa butuh kembali pengampuan dari Allah sehingga kita pun
meragukan kepastian keselamatan yang kita miliki. Adakah yang salah disini?
Apakah keselamatan yang Yesus berikan bisa dibatalkan padahal kita tahu sendiri
bahwa yang pasti yang berasal dari Allah tidak akan bisa berubah menjadi
sesuatu yang relatif. Orang yang percaya menerima janji keselamatan satu kali
untuk selama-lamanya, dan tidak ada yang bisa menggagalkannya, bahkan jika itu
Allah sendiri (2 Tim 2:2).
Bukankah
ini hal yang sangat luarbiasa?
Diselamatkan
karena kasih karunia, diberikan kepatian secara sempurna.
Hanya
saja, ada hal yang perlu diingat dan ditanam dalam lubuk hati yang terdalam
bahwa: Kepastian Keselamatan bukan surat izin untuk berbuat dosa. Kita
bisa saja berbuat dosa atau masih membawa kebiasaan lama kita, karena seperti
tanaman yang butuh proses untuk bisa menghasilkan buah, maka demikianlah halnya
bagi kita orang percaya. Iman yang benar nyata dari perbuatan yang benar
(Yakobus 2:17). Sekalipun prosesnya lama, tapi harus ada perubahan menuju
karakter Kristus karena kita sudah menjadi ciptaan yang baru.
Ingatlah.
Kepastian keselamatan dari Tuhan merupakan jaminan terbesar dan terkokoh bagi
kita yang percaya dan yang telah mengalami karya keselamatan Kristus secara
pribadi. Jaminan keselamatan tidak terletak pada kesetian dan kebaikan kita
yang mudah rapuh dan lelah untuk berpegangan pada tangan Allah, tapi terletak
pada janji dan Firmannya (Yohanes 10:28).
Soli
Deo Gloria
Tatengesan,
28 April 2020 (pagi-pagi benar di hari selasa :D)
PChrist_in
0 komentar :
Posting Komentar