Minggu, 05 Juni 2022

BELAJAR MERASA CUKUP

 

    

Ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. —1 Timotius 6:6

        Beberapa hari yang lalu aku menghabiskan beberapa jam dalam media social. Aku tidak sedang sibuk untuk berkomunikasi atau melakukan hal-hal yang penting didalamnya. Menurutmu apa yang aku lakukan? Jangan terkejut jika aku mengatakan bahwa yang aku lakukan adalah sedang melihat-lihat profil atau unggahan teman-teman yang sudah berhasil hidupnya. Tak ketinggalan juga para selebgram yang hidup dalam kemewahan. Yang paling menarik perhatianku adalah seorang artis cantik dan berpendidikan yaitu Maudy Ayunda yang baru-baru ini dilamar oppa tajir dari Korea. Wah..betapa beruntungnya hidup mereka. Aku mulai membanding-bandingkan hidupku dengan mereka. Ok lupakan Maudy karena memang hayalanku terlalu tinggi jika ingin sepertinya. Tapi, bagaimana dengan mereka yang hidupnya justru terlihat berhasil? Ya okelah meskipun  aku tidak tau proses yang mereka telah lewati dibalik keberhasilan itu, tapi yang aku tau prosesku dan mereka tidak jauh berbeda. Tapi, kenapa mereka justru bisa berhasil? Aku mulai mengaitkan kegagalan demi kegagalan yang ku alami dan melihat diri sendiri sebagai orang yang tidak merasa cukup. 
 
      Sahabat, Dunia tidak akan pernah benar-benar menjawab kebutuhan kita. Sebaliknya, Paulus ingin Timotius mendasarkan identitasnya pada Allah: “Ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar”. Nilai diri kita tidak bisa diukur oleh hal-hal duniawi. Yesus telah menunjukkan betapa mahalnya nilai diri kita. Waktu IA mati di kayu salib, maka kita diingatkan kembali bahwa pengorbanan-Nya tidak hanya tentang keselamatan kekal yang dapat kita miliki saat percaya, melainkan juga tentang fakta bahwa kasih yang IA tunjukkan sudah cukup. Ia memberikan rasa kepuasan sejati bagi setiap orang percaya. Objek Cinta Allah tidak berubah. Yang sering berubah justru adalah objek cinta kita. Alkitab sendiri mengatakan bahwa akar segala kejahatan adalah cinta uang. masalah timbul ketika uang menjadi objek cinta kita. Pada akhirnya kita sering menemukan diri kita sebagai orang yang sering merasa tidak cukup.

 

Melihat bahwa aku mulai mengalihkan objek cinta yang seharusnya fokus pada Tuhan, aku pun tertunduk dan menyesal. Memohon pengampunan dan pembaharuan diri dari Tuhan sehingga hal ini pun mempengaruhi rasa cukup dalam hidupku secara keseluruhan. Hanya Yesus yang sanggup memuaskan keseluruhan jiwaku. Tak ada yang lain. Dan aku pun percaya hal sama berlaku juga untukmu. Amin

1 komentar :

  1. Terkadang perasaan manusia lama kita muncul, Rasul Paulus juga bergumul akan hal itu dengan berkata: "Roma 7:15, 17 (TB) Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku.

    Maka perjuangan terhadap kedagingan kita adalah perjuangan seumur hidup. Sampai pada akhirnya semua akan berakhir dalam kekekalan.

    BalasHapus