Ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. —1 Timotius 6:6
Beberapa hari yang lalu aku
menghabiskan beberapa jam dalam media social. Aku tidak sedang sibuk untuk
berkomunikasi atau melakukan hal-hal yang penting didalamnya. Menurutmu apa
yang aku lakukan? Jangan terkejut jika aku mengatakan bahwa yang aku lakukan
adalah sedang melihat-lihat profil atau unggahan teman-teman yang sudah
berhasil hidupnya. Tak ketinggalan juga para selebgram yang hidup dalam kemewahan.
Yang paling menarik perhatianku adalah seorang artis cantik dan berpendidikan
yaitu Maudy Ayunda yang baru-baru ini dilamar oppa tajir dari Korea. Wah..betapa beruntungnya hidup mereka. Aku
mulai membanding-bandingkan hidupku dengan mereka. Ok lupakan Maudy karena
memang hayalanku terlalu tinggi jika ingin sepertinya. Tapi, bagaimana dengan
mereka yang hidupnya justru terlihat berhasil? Ya okelah meskipun aku tidak tau proses yang mereka telah lewati
dibalik keberhasilan itu, tapi yang aku tau prosesku dan mereka tidak jauh
berbeda. Tapi, kenapa mereka justru bisa berhasil? Aku mulai mengaitkan
kegagalan demi kegagalan yang ku alami dan melihat diri sendiri sebagai
orang yang tidak merasa cukup.
Sahabat, Dunia tidak akan pernah benar-benar menjawab kebutuhan
kita. Sebaliknya, Paulus ingin Timotius mendasarkan identitasnya pada Allah:
“Ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar”. Nilai diri
kita tidak bisa diukur oleh hal-hal duniawi. Yesus telah menunjukkan betapa
mahalnya nilai diri kita. Waktu IA mati di kayu salib, maka kita diingatkan
kembali bahwa pengorbanan-Nya tidak hanya tentang keselamatan kekal yang dapat
kita miliki saat percaya, melainkan juga tentang fakta bahwa kasih yang IA
tunjukkan sudah cukup. Ia memberikan rasa kepuasan sejati bagi setiap orang
percaya. Objek Cinta Allah tidak berubah. Yang sering berubah justru adalah
objek cinta kita. Alkitab sendiri mengatakan bahwa akar segala kejahatan adalah
cinta uang. masalah timbul ketika uang menjadi objek cinta kita. Pada akhirnya
kita sering menemukan diri kita sebagai orang yang sering merasa tidak cukup.
Melihat bahwa aku mulai mengalihkan objek cinta yang seharusnya fokus pada Tuhan, aku pun tertunduk dan menyesal. Memohon pengampunan dan pembaharuan diri dari Tuhan sehingga hal ini pun mempengaruhi rasa cukup dalam hidupku secara keseluruhan. Hanya Yesus yang sanggup memuaskan keseluruhan jiwaku. Tak ada yang lain. Dan aku pun percaya hal sama berlaku juga untukmu. Amin
Terkadang perasaan manusia lama kita muncul, Rasul Paulus juga bergumul akan hal itu dengan berkata: "Roma 7:15, 17 (TB) Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku.
BalasHapusMaka perjuangan terhadap kedagingan kita adalah perjuangan seumur hidup. Sampai pada akhirnya semua akan berakhir dalam kekekalan.