Selasa, 26 Mei 2020

Guru, Kewajiban atau Panggilan

Matius 28:20 (TB) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

      Coretan kapur diatas papan hitam, setumpuk kertas yg penuh dengan ilmu dan pengajaran, dinding yang tidak rata dan berlubang, serta beberapa kursi yang goyang adalah beberapa hal yang hinggap di ingatan saya saat masih sekolah. Begitu banyak momen suka dan sedih terbingkai menjadi satu memori berharga yang sulit dilupakan, dan satu diantaranya yg paling membekas baik dalam hati maupun pikiran adalah sosok seorang guru. 

       Dulu, guru sering disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yang tidak di gaji, tidak diberi kenaikan pangkat, apalagi diberi tunjangan. Hanya sebuah kenangan dan penghormatan yang tinggi dari mereka yang boleh menerima ajaran didikannya yang menjadi nilai mahal penyuntik semangat sang pahlawan ini, dulunya. 

          Pada kenyataannya, kehormatan seorang guru bukan hanya terletak pada kecakapan dan perilakunya yang baik tapi kehormatan yang diberikan Kristus untuk menjadi guru yang mengajarkan kebenaran injil. Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan Roma 1:16 (TB) Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Terlalu banyak orang menyebut diri guru tapi justru bukan mendidik anak pada kebenaran, namun membawa diri pada kenikmatan ataupun tenggelam dalam kesibukan.

       Dalam injil Matius, terdapat catatan penting sesaat sebelum Yesus terangkat ke sorga yang dikenal sebagai "Amanat Agung". Walau kata kerja utamanya adalah menjadikan murid, namun kata "ajarlah" juga merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari proses "menjadikan". Tak cukup hanya teori, tapi transformasi hidup. Transformasi hidup bukan hanya soal perilaku yang baik, tapi juga mau menyatakannya dalam perkataan injil. Guru bukan hanya kewajiban seorang dengan gelar pendidikan, tapi juga panggilan. Guru yang paham panggilan tidak hanya menjadikan sekolah sebagai ladang ilmu, tapi juga ladang penginjilan dan pemuridan yang membawa anak kepada Kristus. Seorang guru yang paham panggilan tidak juga hanya belajar tentang Kristus tapi juga terus belajar kepada Kristus. Inilah nilai utamanya sebuah panggilan.

 Soli Deo Gloria 
 Tatengesan, 26 Mei 2020 

PChrist_in

0 komentar :

Posting Komentar