Artikel
T : DUNIA TAK BISA MENGUBAH KITA KE MASA LALU
Hari ini tepat pukul dua pagi, saya kembali
terbagun tanpa bisa tidur. Entah apa sebenarnya yang ada dalam pikiran.
Berbagai hal seakan saling berlomba mencari posisi di dalam otak untuk
mengambil tempat tokoh utama sebagai “buah pikiran”. Seperti yang dikatakan orang, tak selamanya
menulis itu hobi, tapi bisa jadi adalah cara kita mengekspresikan sesuatu yang
tak bisa kita ungkapkan secara langsung, maka saat ini saya akan
mengekspresikan sesuatu yang tak bisa saya sampaikan secara langsung, dan
berharap tulisan ini dapat menjadi berkat bagi orang lain.
Markus 14 : 72
Dan pada saat itu berkokoklah ayam untuk kedua kalinya, maka
teringatlah Petrus bahwa Yesus telah berkata kepadanya : sebelum ayam berkokok
dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” Lalu menangislah ia tersedu-
sedu.
Hampir semua orang yang mengaku “Kristen” pasti
tidak asing dengan tokoh Alkitab yang bernama Petrus. Sekilas cerita, dia
adalah murid yang paling dekat dengan Yesus, dia juga orang pertama yang
mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias (Mrk 8:29; Mat 16 :16;Luk 9:20) bahkan berani
berkata rela mati demi Kristus. Tapi, apa yang terjadi beberapa saat setelah
Yesus ditangkap? Ia gemetar hanya karena
seorang hamba perempuan yang memiliki kedudukan yang paling rendah saat itu.
Dimana Petrus yang berjiwa ksatria..? dimana Petrus yang berkata kepada Kristus
“sekalipun aku harus mati bersama Engkau, aku tidak akan menyangkal Engkau” ?.
Hanya karena hentakkan kecil dari seorang hamba perempuan,maka Petrus yang
berani, Petrus yang setia, Petrus yang taat, dan sebagianya, tiba- tiba menjadi
pengecut. Tapi apakah semua berakhir disini..? sekali- kali tidak. Dalam
kisahnya di Alkitab, dikatakan bahwa dia teringat akan perkataan Yesus, lalu
pergi keluar menagis dengan sedihnya.
Dia bertobat, dan semakin memuliakan Allah.
Kisah Petrus diatas menjadi penghantar bagi saya untuk menulis sebuah
kisah tentang seorang teman. Saya mengenalnya sejak masa kuliah. Kami belajar
di universitas yang sama, fakultas, dan jurusan yang sama. Meskipun berbeda
program studi, tapi ada beberapa mata kuliah yang membuat saya dan dia berada
dalam satu kelas yang sama. kami tidak terlalu dekat. Saya hanya sekedar tahu
bahwa waktu itu dia menjabat sebagai ketua kelas di kelasnya.
Awal masuk kuliah, saya sudah melibatkan diri dalam pelayanan kampus. Setiap
hari senin jam tiga sore, kami melaksanakan ibadah doa dan puasa di gedung
fakultas. Dan disitu, saya sering melihatnya.setau saya, dia itu adalah
mahasiswa Kristen, dilihat dari kalung salib yg ia pakai. Tapi, bukan di
ruangan tempat kami ibadah, melainkan di ruangan BEM yang tidak jauh dari
tempat kami bersekutu. Saya sempat berfikir, kenapa dia tidak gabung saja dan
beribadah disni? Sebab yang saya lihat, dia dan beberapa senior yang lain hanya
duduk merokok tanpa ada niat sedikitpun untuk beribadah.
Entah apa yang terjadi, memasuki semester 5 saya menemukan dia menjadi
pribadi yang berbeda. Setiap bertemu, ada hal- hal yang sering dia sharingkan,
salah satunya tentang bagaimana dia mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus
melalui cerita injil yang ia dengar. Bukan hanya itu, dia pun terpilih menjadi
ketua rukun mahasiswa Kristen daerahnya. Saya sangat senang mendengarnya, dan
kagum melihat antusias dan semangat yang besar didalam dirinya. Dia menjadi
pribadi yang ceria. Meskipun perawakannya besar, tapi percayalah jika kamu
bertemu dengannya, ada aura persahabatan yang kuat yang akan kamu rasakan. Hal
itu terbukti ketika dia rela melepas jabatannya sebagai Ketua Himpunan
Mahasiswa Jurusan yang baru beberapa hari dia pegang. Hal ini luarbiasa. Mengapa?
Karena yang saya tahu teman saya ini memiliki ambisi yang tinggi untuk jabatan
ketua HMJ. Jabatan ini bisa membantu seseorang untuk menjadi terkenal dan
disegani oleh para junior, jabatan ini juga dapat menolong seseorang untuk
dekat dengan para dosen, sehingga ada kemungkinan intensitas nilai C itu akan
berkurang.
Waktu terus berlalu, kesibukan sebagai mahasiswa dan pelayanan membuat
saya jarang bertemu dengannya. Bahkan ketika memasuki semester akhir, kami
hanya sekedar bertegur sapa saat bertemu, karena sibuk dengan urusan masing-
masing. Tapi melihat dari tulisan-tulisannya di media sosial, saya semakin
percaya bahwa dia sudah menjadi murid Yesus yang sejati. Bahkan banyak orang
yang menjadikannya sebagai panutan. Dia berubah drastis. Kabar terakhir yang
saya dengar darinya sebelum lulus dari kampus adalah bahwa dia pada waktu itu
sedang menjalin relasi dengan seorang wanita yang melayani dalam wadah
pelayanan yang sama dengannya dan Saya
pun turut senang mendengarnya.
Beberapa bulan setelah lulus, saya sudah tidak mendengar kabar darinya.
Hingga di awal tahun 2019, hobi yang sama mempertemukan kami kembali. Saya suka
membaca buku. Beberapa buku motivasi Kristen, renungan, apologetika bahkan
kesaksian, sering saya posting di akun media social setelah saya selesai baca.
bahkan ada beberapa kutipan yang selalu saya copy paste untuk dijadikan status.
Dari hal ini, dia tiba-tiba muncul sambil menawarkan beberapa buku yang baik
untuk dibaca, salah satunya buku yang berjudul "Ajarlah Kami Bertumbuh"
oleh Billy Kristanto dengan penerbit Momentum. Banyak hal yang kami diskusikan
dari setiap buku yang kami baca, bahkan kami sudah mulai saling bertukar pokok
doa untuk didoakan. Saya pun mulai merasa nyaman bercerita, berbagi pengalaman
dan berdoa dengannya. Banyak hal yang saya dapatkan dan pelajari dari pribadi
teman saya yang satu ini. Kedewasaan, keceriaan dan pendiriannya yang kuat
membuat saya kembali merefleksikan hidup saya. Dia seakan menjadi motivator
tetapi juga pengingat bagi saya selama beberapa bulan terakhir ini.
Hal yang tak terduga terjadi di hari minggu pagi, minggu pertama di
tahun 2020 ini. Dia tiba- tiba menjadi pribadi yang penuh dengan tekanan.
Ibarat seperti langit yang cerah tiba- tiba harus berubah menjadi mendung
gelap. Padahal,hari sabtu malam, dia masih ceria seperti biasanya, bercanda
gurau bahkan saya masih sempat berbagi pokok doa dengannya. Saya pikir hal ini
disebabkan karena ayahnya yang masih tak
kunjung sembuh dari sakit. Tapi, ternyata bukan itu. Ada hal lain dalam dirinya
yang membuat dia merasa tidak layak. Mungkin saja ada hal yang dia lakukan yang
tidak Tuhan kehendaki sehingga mebuatnya merasa memerlukan kembali belas
kasihan Tuhan untuk mengampuninya secara total. Saya tidak tahu pasti hal apa
itu, meskipun ada bagian dari masa lalunya yang sempat ia ceritakan kepada
saya, tapi beberapa masih samar. Dalam chatingannya, Ia bahkan berkata bahwa
jangan terkejut jika nanti ketika saya bertemu dengannya, dia akan berubah
drastis. Bahkan, untuk tersenyumpun ia susah. Tak ada lagi persaan kasih dan
sukacita.
Saya kaget ketika membaca chatingannya itu. Apa yang sebenarnya
terjadi? . Saya hanya bisa berdoa, agar dia tetap kuat dan berpengharapan penuh
didalam Kristus.
Tulisan ini akan saya kirimkan padanya pada tanggal 10 nanti, tepat
pada saat hari ulang tahunnya yang ke-24 tahun. untuk itu, mengakhiri tulisan
ini ada hal yang ingin saya bagikan. Bukan hanya untuk teman saya, tapi bagi
siapapun yang membaca ini.
Kehidupan Kristen tidak selalu di atas. Saya pun memiliki masa- masa yang
menggoyahkan semangat, masa- masa dimana kaki saya menjadi gemetar dan seakan
tak mampu untuk berjalan. Saya harus pergi kepada Tuhan dalam doa dengan air
mata dan berkata “oh Tuhan ampuni saya” atau “tolong saya”. Kita hidup di dalam tubuh kedagingan,
meskipun telah menerima Kristus sebegai juruselamat dan Tuhan, bukan berararti
kita tidak akan luput dari kesalahan. Petrus pun mengalami hal yang demikian,
orang yang baru beberapa saat mengaku Yesus sebagai Mesias, mendadak menjadi
pengecut dan menyangkal Sang guru agung di depan seorang hamba perempuan.
Tapi, kita bukan lagi tawanan dosa. Yesus mengasihi kita dengan kasih
yang kekal. Harga tertinggi dia bayar untuk saya dan kita semua melalui
kematian-Nya di kayu salib bagi dunia. Dan ini bukanlah hal yang wajar.
Tidakkah anda membayangkan apa yang telah Dia lakukan bagi anda dan saya, bagi
dunia ini? Seorang yang berkata bahwa Dia adalah Air Hidup, harus berteriak
“Saya haus” di atas kayu usang nan kasar. Darah yang membeku oleh terpaan
dinginya angin, membasuh secara sempurna dosa saya dan anda, Dosa dunia ini.
Belas kasihan yang sempurna telah Dia berikan ketika ungkapan “Sudah Selesai”
berkumandang di atas Golgota.
Tak ada dosa yang terlalu besar yang yang tidak dapat Dia
selesaikan.percayakah anda pada hal ini? Ketika Dia telah mengubahmu menjadi
manusia yang baru, mengapa kini menyerah seakan pasrah untuk menjadi manusia
yang lama dengan memakai istilah“manusia rohani tapi bertabiat duniawi”.
Jangan biarkan pikiran kita diintimidasi dengan dosa masa lalu. Yesus
mengasihimu, Dia ingin mengubahmu menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dan ini
tidak terjadi secara instan. Orang mungkin melihatmu adalah pribadi sempurna
dari luar, tapi Tuhan Yesus, Bapamu, mengenal dan mengetahui hatimu. Dia tau
pergumulanmu, Dia tau kerinduanmu, karena sesungguhnya, serangkaian kesempatan
besar seringkali terbungkus sebagai situasi yang kita anggap mustahil.
Tetap semangat teman, saya percaya Roh Kudus akan memampukanmu untuk
melewati semua ini. Satu hal yang pasti, jangan menyerah pada situasi, tapi
bergantunglah pada Pribadi yang telah tinggal di dalam hati.
Selamat bersyukur di usia yang baru..
cepatlah kembali menjadi pribadi yg saya kenal dengan sukacita dari
Kristus.
Soli Deo Gloria
Rabu, 08 Januari 2020
PChrist_in.W
Tulisannya bagus.
BalasHapusGod bless my twins😇
BalasHapustrimakasih kak itin. God bless you to
Hapus