Minggu, 12 Januari 2020

changed to change


Artikel
T : DUNIA TAK BISA MENGUBAH KITA KE MASA LALU
Hari ini tepat pukul dua pagi, saya kembali terbagun tanpa bisa tidur. Entah apa sebenarnya yang ada dalam pikiran. Berbagai hal seakan saling berlomba mencari posisi di dalam otak untuk mengambil tempat tokoh utama sebagai “buah pikiran”.  Seperti yang dikatakan orang, tak selamanya menulis itu hobi, tapi bisa jadi adalah cara kita mengekspresikan sesuatu yang tak bisa kita ungkapkan secara langsung, maka saat ini saya akan mengekspresikan sesuatu yang tak bisa saya sampaikan secara langsung, dan berharap tulisan ini dapat menjadi berkat bagi orang lain.
Markus 14 : 72
Dan pada saat itu berkokoklah ayam untuk kedua kalinya, maka teringatlah Petrus bahwa Yesus telah berkata kepadanya : sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” Lalu menangislah ia tersedu- sedu.

Hampir semua orang yang mengaku “Kristen” pasti tidak asing dengan tokoh Alkitab yang bernama Petrus. Sekilas cerita, dia adalah murid yang paling dekat dengan Yesus, dia juga orang pertama yang mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias (Mrk 8:29; Mat 16 :16;Luk 9:20) bahkan berani berkata rela mati demi Kristus. Tapi, apa yang terjadi beberapa saat setelah Yesus ditangkap?  Ia gemetar hanya karena seorang hamba perempuan yang memiliki kedudukan yang paling rendah saat itu. Dimana Petrus yang berjiwa ksatria..? dimana Petrus yang berkata kepada Kristus “sekalipun aku harus mati bersama Engkau, aku tidak akan menyangkal Engkau” ?. Hanya karena hentakkan kecil dari seorang hamba perempuan,maka Petrus yang berani, Petrus yang setia, Petrus yang taat, dan sebagianya, tiba- tiba menjadi pengecut. Tapi apakah semua berakhir disini..? sekali- kali tidak. Dalam kisahnya di Alkitab, dikatakan bahwa dia teringat akan perkataan Yesus, lalu pergi keluar menagis dengan sedihnya.

Dia bertobat, dan semakin memuliakan Allah.

Kisah Petrus diatas menjadi penghantar bagi saya untuk menulis sebuah kisah tentang seorang teman. Saya mengenalnya sejak masa kuliah. Kami belajar di universitas yang sama, fakultas, dan jurusan yang sama. Meskipun berbeda program studi, tapi ada beberapa mata kuliah yang membuat saya dan dia berada dalam satu kelas yang sama. kami tidak terlalu dekat. Saya hanya sekedar tahu bahwa waktu itu dia menjabat sebagai ketua kelas di kelasnya.
Awal masuk kuliah, saya sudah melibatkan diri dalam pelayanan kampus. Setiap hari senin jam tiga sore, kami melaksanakan ibadah doa dan puasa di gedung fakultas. Dan disitu, saya sering melihatnya.setau saya, dia itu adalah mahasiswa Kristen, dilihat dari kalung salib yg ia pakai. Tapi, bukan di ruangan tempat kami ibadah, melainkan di ruangan BEM yang tidak jauh dari tempat kami bersekutu. Saya sempat berfikir, kenapa dia tidak gabung saja dan beribadah disni? Sebab yang saya lihat, dia dan beberapa senior yang lain hanya duduk merokok tanpa ada niat sedikitpun untuk beribadah.
Entah apa yang terjadi, memasuki semester 5 saya menemukan dia menjadi pribadi yang berbeda. Setiap bertemu, ada hal- hal yang sering dia sharingkan, salah satunya tentang bagaimana dia mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus melalui cerita injil yang ia dengar. Bukan hanya itu, dia pun terpilih menjadi ketua rukun mahasiswa Kristen daerahnya. Saya sangat senang mendengarnya, dan kagum melihat antusias dan semangat yang besar didalam dirinya. Dia menjadi pribadi yang ceria. Meskipun perawakannya besar, tapi percayalah jika kamu bertemu dengannya, ada aura persahabatan yang kuat yang akan kamu rasakan. Hal itu terbukti ketika dia rela melepas jabatannya sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan yang baru beberapa hari dia pegang. Hal ini luarbiasa. Mengapa? Karena yang saya tahu teman saya ini memiliki ambisi yang tinggi untuk jabatan ketua HMJ. Jabatan ini bisa membantu seseorang untuk menjadi terkenal dan disegani oleh para junior, jabatan ini juga dapat menolong seseorang untuk dekat dengan para dosen, sehingga ada kemungkinan intensitas nilai C itu akan berkurang.
Waktu terus berlalu, kesibukan sebagai mahasiswa dan pelayanan membuat saya jarang bertemu dengannya. Bahkan ketika memasuki semester akhir, kami hanya sekedar bertegur sapa saat bertemu, karena sibuk dengan urusan masing- masing. Tapi melihat dari tulisan-tulisannya di media sosial, saya semakin percaya bahwa dia sudah menjadi murid Yesus yang sejati. Bahkan banyak orang yang menjadikannya sebagai panutan. Dia berubah drastis. Kabar terakhir yang saya dengar darinya sebelum lulus dari kampus adalah bahwa dia pada waktu itu sedang menjalin relasi dengan seorang wanita yang melayani dalam wadah pelayanan yang sama dengannya dan  Saya pun turut senang mendengarnya.
Beberapa bulan setelah lulus, saya sudah tidak mendengar kabar darinya. Hingga di awal tahun 2019, hobi yang sama mempertemukan kami kembali. Saya suka membaca buku. Beberapa buku motivasi Kristen, renungan, apologetika bahkan kesaksian, sering saya posting di akun media social setelah saya selesai baca. bahkan ada beberapa kutipan yang selalu saya copy paste untuk dijadikan status. Dari hal ini, dia tiba-tiba muncul sambil menawarkan beberapa buku yang baik untuk dibaca, salah satunya buku yang berjudul "Ajarlah Kami Bertumbuh" oleh Billy Kristanto dengan penerbit Momentum. Banyak hal yang kami diskusikan dari setiap buku yang kami baca, bahkan kami sudah mulai saling bertukar pokok doa untuk didoakan. Saya pun mulai merasa nyaman bercerita, berbagi pengalaman dan berdoa dengannya. Banyak hal yang saya dapatkan dan pelajari dari pribadi teman saya yang satu ini. Kedewasaan, keceriaan dan pendiriannya yang kuat membuat saya kembali merefleksikan hidup saya. Dia seakan menjadi motivator tetapi juga pengingat bagi saya selama beberapa bulan terakhir ini.

Hal yang tak terduga terjadi di hari minggu pagi, minggu pertama di tahun 2020 ini. Dia tiba- tiba menjadi pribadi yang penuh dengan tekanan. Ibarat seperti langit yang cerah tiba- tiba harus berubah menjadi mendung gelap. Padahal,hari sabtu malam, dia masih ceria seperti biasanya, bercanda gurau bahkan saya masih sempat berbagi pokok doa dengannya. Saya pikir hal ini disebabkan karena  ayahnya yang masih tak kunjung sembuh dari sakit. Tapi, ternyata bukan itu. Ada hal lain dalam dirinya yang membuat dia merasa tidak layak. Mungkin saja ada hal yang dia lakukan yang tidak Tuhan kehendaki sehingga mebuatnya merasa memerlukan kembali belas kasihan Tuhan untuk mengampuninya secara total. Saya tidak tahu pasti hal apa itu, meskipun ada bagian dari masa lalunya yang sempat ia ceritakan kepada saya, tapi beberapa masih samar. Dalam chatingannya, Ia bahkan berkata bahwa jangan terkejut jika nanti ketika saya bertemu dengannya, dia akan berubah drastis. Bahkan, untuk tersenyumpun ia susah. Tak ada lagi persaan kasih dan sukacita.
Saya kaget ketika membaca chatingannya itu. Apa yang sebenarnya terjadi? . Saya hanya bisa berdoa, agar dia tetap kuat dan berpengharapan penuh didalam Kristus.
Tulisan ini akan saya kirimkan padanya pada tanggal 10 nanti, tepat pada saat hari ulang tahunnya yang ke-24 tahun. untuk itu, mengakhiri tulisan ini ada hal yang ingin saya bagikan. Bukan hanya untuk teman saya, tapi bagi siapapun yang membaca ini.

Kehidupan Kristen tidak selalu di atas. Saya pun memiliki masa- masa yang menggoyahkan semangat, masa- masa dimana kaki saya menjadi gemetar dan seakan tak mampu untuk berjalan. Saya harus pergi kepada Tuhan dalam doa dengan air mata dan berkata “oh Tuhan ampuni saya” atau “tolong saya”.  Kita hidup di dalam tubuh kedagingan, meskipun telah menerima Kristus sebegai juruselamat dan Tuhan, bukan berararti kita tidak akan luput dari kesalahan. Petrus pun mengalami hal yang demikian, orang yang baru beberapa saat mengaku Yesus sebagai Mesias, mendadak menjadi pengecut dan menyangkal Sang guru agung di depan seorang hamba perempuan.
Tapi, kita bukan lagi tawanan dosa. Yesus mengasihi kita dengan kasih yang kekal. Harga tertinggi dia bayar untuk saya dan kita semua melalui kematian-Nya di kayu salib bagi dunia. Dan ini bukanlah hal yang wajar. Tidakkah anda membayangkan apa yang telah Dia lakukan bagi anda dan saya, bagi dunia ini? Seorang yang berkata bahwa Dia adalah Air Hidup, harus berteriak “Saya haus” di atas kayu usang nan kasar. Darah yang membeku oleh terpaan dinginya angin, membasuh secara sempurna dosa saya dan anda, Dosa dunia ini. Belas kasihan yang sempurna telah Dia berikan ketika ungkapan “Sudah Selesai” berkumandang di atas Golgota.
Tak ada dosa yang terlalu besar yang yang tidak dapat Dia selesaikan.percayakah anda pada hal ini? Ketika Dia telah mengubahmu menjadi manusia yang baru, mengapa kini menyerah seakan pasrah untuk menjadi manusia yang lama dengan memakai istilah“manusia rohani tapi bertabiat duniawi”.
Jangan biarkan pikiran kita diintimidasi dengan dosa masa lalu. Yesus mengasihimu, Dia ingin mengubahmu menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dan ini tidak terjadi secara instan. Orang mungkin melihatmu adalah pribadi sempurna dari luar, tapi Tuhan Yesus, Bapamu, mengenal dan mengetahui hatimu. Dia tau pergumulanmu, Dia tau kerinduanmu, karena sesungguhnya, serangkaian kesempatan besar seringkali terbungkus sebagai situasi yang kita anggap mustahil.
Tetap semangat teman, saya percaya Roh Kudus akan memampukanmu untuk melewati semua ini. Satu hal yang pasti, jangan menyerah pada situasi, tapi bergantunglah pada Pribadi yang telah tinggal di dalam hati.

Selamat bersyukur di usia yang baru..
cepatlah kembali menjadi pribadi yg saya kenal dengan sukacita dari Kristus.
Soli Deo Gloria

Rabu, 08 Januari 2020
PChrist_in.W



3 komentar :