Sabtu, 18 Januari 2020

Surender At All


#Yohanes 20:24-29
            ”Ayat 29 kata Yesus kepadanya : “karena Engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya.”
           
Pengalaman saya pertama kali naik pesawat terjadi pada tahun 2016, tepatnya 3 tahun lalu. Penerbangan yang berlangsung selama 3 jam dari Manado ke Bali seakan menjadi momen yang paling ingin segera kuhentikan. Keringat dingin ditengah AC yang yang mengeluarkan suhu rendah, jantung yang berdegup kencang karena takut, membuat saya tidak bisa menikmati perjalanan saya yang menurut orang banyak adalah perjalanan yang sangat diimpikan oleh semua orang. Tapi, beberapa bulan yang lalu Tuhan memberikan kesempatan bagi saya untuk naik transportasi udara tersebut. Dan aku merasakan perbedaan yang sangat kontras dengan penerbanganku sebelumnya. Aku lebih menikmati perjalanan tersebut, apalagi posisi tempat dudukku ada di dekat jendela pesawat yang membuat aku bisa melihat indahnya laut dan pulau-pulau yang terlihat kecil dari dalam pesawat. Kurang lebih selama dua setengah jam aku merenung dan merefleksikan hidup yang kujalani melalui pemandangan yang terpapar didepan mataku. Semuanya terlihat sangat kecil. Ya bahkan rumah-rumahpun tak terlihat apalagi manusia yang ada didalamnya. Hanya pada ketinggian beberapa ribu kaki, kehidupan manusia di bumi seakan tak terlihat dengan kasat mata karena sungguh terlalu kecil jika dilihat dari kejauhan. Tak terbayangkan bagaimana Allah memandang bumi yang kecil ini sebagai planet yang didalamnya tersimpan pribadi-pribadi yang sangat berharga tapi justru sudah tercemar oleh dosa.
            Kedegilan hati Thomas untuk mempercayai Yesus yang telah bangkit seakan menjadi refleksi bagiku bahwa terkadang manusia secara logika lebih mengutamakan apa yang dapat dilihat dari pada apa yang hanya sekedar diperoleh dari pendengaran. Yesus berkata berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya. Apakah disini seolah-olah mata adalah organ yang tidak berguna sehingga Yesus mengatakan bahwa justru yang berbahagia adalah mereka yang tidak melihat namun percaya.? Sekali-kali tidak.
            Mempercayai Yesus jika diiuti oleh nalar manusia memang adalah sesuatu yang terdengar konyol. Bayangkan saja kau harus memepercayai seorang yang menurut pandangan dunia adalah lemah dan dengan bodohnya mempasrahkan dirinya tergantung tak berdaya di kayu usang. Sesorag harus mempercayakan hidupnya pada orang yang lebih kuat darinya. Seperti masyarakat mempercayakan keamanan hidupnya pada pihak yang berwajib yang telah dilatih bertahun- tahun baik fisik maupun mental. Bagaimana mungkin kita harus mempercayakan hidup di dunia apalagi hidup setelah kematian pada Dia yang melawan hujatan oranng-orang saja hanya bisa diam tak bergerak dan seolah-olah menjadi mahluk yang paling pasrah dimuka bumi. Tapi itulah yang aku pelajari dari balik kaca pesawat. Cara Allah tak akan pernah dimengerti oleh pikiran manusia yang terbatas. Manusia ingin melihat faktanya, tapi Tuhan ingin kita memakai hati kita untuk mempercayai-Nya. Bukan hanya soal fakta akan kepastian keselamatan yang Ia janjian melalui iman kita, tapi juga akan hari- hari hidup yang kita jalani di dunia. Kita tak pernah bisa melihat apa rencana yang telah Tuhan rajut kedepan bagi kita. Meski prosesnya terkadang begitu susah dan sulit, tapi akhir yang terbaik telah ia siapkan. Kau tidak hidup untuk senang- senang. Karena Ia menganugerahka kita bukan hanya percaya tapi mau menderita bagi Dia. Amin

PChrist_in W
Selasa, 13 Agustus 2019

0 komentar :

Posting Komentar