#Yohanes 20:24-29
”Ayat 29 kata Yesus kepadanya : “karena Engkau telah
melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun
percaya.”
Pengalaman saya pertama kali naik pesawat terjadi
pada tahun 2016, tepatnya 3 tahun lalu. Penerbangan yang berlangsung selama 3
jam dari Manado ke Bali seakan menjadi momen yang paling ingin segera
kuhentikan. Keringat dingin ditengah AC yang yang mengeluarkan suhu rendah,
jantung yang berdegup kencang karena takut, membuat saya tidak bisa menikmati
perjalanan saya yang menurut orang banyak adalah perjalanan yang sangat
diimpikan oleh semua orang. Tapi, beberapa bulan yang lalu Tuhan memberikan
kesempatan bagi saya untuk naik transportasi udara tersebut. Dan aku merasakan
perbedaan yang sangat kontras dengan penerbanganku sebelumnya. Aku lebih
menikmati perjalanan tersebut, apalagi posisi tempat dudukku ada di dekat
jendela pesawat yang membuat aku bisa melihat indahnya laut dan pulau-pulau
yang terlihat kecil dari dalam pesawat. Kurang lebih selama dua setengah jam
aku merenung dan merefleksikan hidup yang kujalani melalui pemandangan yang
terpapar didepan mataku. Semuanya terlihat sangat kecil. Ya bahkan
rumah-rumahpun tak terlihat apalagi manusia yang ada didalamnya. Hanya pada
ketinggian beberapa ribu kaki, kehidupan manusia di bumi seakan tak terlihat
dengan kasat mata karena sungguh terlalu kecil jika dilihat dari kejauhan. Tak
terbayangkan bagaimana Allah memandang bumi yang kecil ini sebagai planet yang
didalamnya tersimpan pribadi-pribadi yang sangat berharga tapi justru sudah
tercemar oleh dosa.
Kedegilan hati Thomas untuk
mempercayai Yesus yang telah bangkit seakan menjadi refleksi bagiku bahwa
terkadang manusia secara logika lebih mengutamakan apa yang dapat dilihat dari
pada apa yang hanya sekedar diperoleh dari pendengaran. Yesus berkata
berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya. Apakah disini
seolah-olah mata adalah organ yang tidak berguna sehingga Yesus mengatakan
bahwa justru yang berbahagia adalah mereka yang tidak melihat namun percaya.?
Sekali-kali tidak.
Mempercayai Yesus jika diiuti oleh
nalar manusia memang adalah sesuatu yang terdengar konyol. Bayangkan saja kau
harus memepercayai seorang yang menurut pandangan dunia adalah lemah dan dengan
bodohnya mempasrahkan dirinya tergantung tak berdaya di kayu usang. Sesorag
harus mempercayakan hidupnya pada orang yang lebih kuat darinya. Seperti masyarakat
mempercayakan keamanan hidupnya pada pihak yang berwajib yang telah dilatih
bertahun- tahun baik fisik maupun mental. Bagaimana mungkin kita harus
mempercayakan hidup di dunia apalagi hidup setelah kematian pada Dia yang
melawan hujatan oranng-orang saja hanya bisa diam tak bergerak dan seolah-olah
menjadi mahluk yang paling pasrah dimuka bumi. Tapi itulah yang aku pelajari
dari balik kaca pesawat. Cara Allah tak akan pernah dimengerti oleh pikiran
manusia yang terbatas. Manusia ingin melihat faktanya, tapi Tuhan ingin kita
memakai hati kita untuk mempercayai-Nya. Bukan hanya soal fakta akan kepastian
keselamatan yang Ia janjian melalui iman kita, tapi juga akan hari- hari hidup
yang kita jalani di dunia. Kita tak pernah bisa melihat apa rencana yang telah
Tuhan rajut kedepan bagi kita. Meski prosesnya terkadang begitu susah dan
sulit, tapi akhir yang terbaik telah ia siapkan. Kau tidak hidup untuk senang-
senang. Karena Ia menganugerahka kita bukan hanya percaya tapi mau menderita
bagi Dia. Amin
Selasa, 13 Agustus 2019
0 komentar :
Posting Komentar