Lukas 19 : 3-4
(3) Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus
itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak sebab badannya pendeek.(4)
maka berlarilah ia mendahului orang banyak lalu memanjat pohon ara untuk
melihat Yesus, yang akan lewat disitu.
Setiap
orang diciptakan dengan berbagai keunikan. Salah satunya adalah karakater yang
melekat dalam dirinya. Bahkan saya pernah mendengar istilah bahwa nilai hidup
seseorang tercermin melalui karakter yang sering dia tunjukkan setiap hari.
Saya mengenal karakter diri sendiri ketika memasuki tahun pertama di
perguruan tinggi, dan hasilnya adalah
saya memiliki karakter Plegmatis-melankolis. Orang seperti ini cenderung
menjadi orang yang anti-sosial, tertutup, pendiam, tipe pemikir namun terlalu
plin-plan dalam mengambil keputusan karena selalu bergantung pada perasaan, dan
yang pasti orang seperti ini adalah orang yang susah keluar dari zona nyaman.
Berbicara
tentang zona nyaman, saya adalah orang yang paling susah keluar dari lingkaran
itu. Kebiasaan yang suka menyendiri dan tak ingin terlibat masalah membuat saya
harus diam di tempat tanpa melakukan apa-apa. Ketika menempuh pendidikan di
Sekolah Mengengah Atas, saya di kenal dengan pribadi yang “dingin” di kelas.
Bicara seperlunya, seadanya dan sewajarnya. Saya hanya akrab dengan orang-orang
yang care dengan saya. Saya orang
yang sangat jarang dengan istilah “inisiatif” karena pada dasaranya saya adalah
orang yang “pasif”. Saya akan menyapa jika ada yang menapa saya terlebih
dahulu, Tersenyum jika ada yang tersenyum lebih dulu, dan berbicara jika ada
yang mengajak bicara lebih dulu. Kebiasaan seperti ini terus melekat dalam diri
saya sehingga di masa itu saya punya sedikit sekali sahabat. Orang- orang
kebanyakan hanya akan mendekat jika memang ada perlunya, tapi jika tidak maka
saya seperti angin lalu saja. Namun, saya senang dengan situasi seperti ini.
Tenang, aman, tak banyak masalah. Saya mulai menikmati zona nyamannya saya.
Ketika
mengenal Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan, saya menemukan hal yang
luarbiasa. Kelemahan dari karakter kita bukanlah alasan untuk tidak bersaksi
tentang-Nya. Kita diselamatkan karena kasih karunia didalam iman kepada Yesus
Kristus yang telah mati dikayu salib untuk mematikan kematian kita. Hanya
dengan percaya kita diselamatkan. Tapi,untuk menjadi pengikutnya, maka harus
ada yang diperjuangkan, salah satunya berupaya meninggalkan zona nyamannya
kita.hal ini saya mulai ketika diberi tugas untuk belajar bersaksi tentang
Kristus kepada orang lain melalui training penginjilan. Sebelum masuk pada
percakapan injil, saya harus bersahabat terlebih dahulu dengan kawan bicara
saya. Artinya, harus ada percakapan ringan yang didahului dengan perkenalan
tentunya, jika orang tersebut adalah orang yang baru saya jumpai. Dari hal ini
tentunya saya tidak boleh menunggu kawan bicara saya bicara terlebih dahulu.
Harus saya yang memulai. Dan ini bukanlah hal yang mudah bagi saya. Mengapa,
karena kasus seperti ini diibaratkan seperti pesawat yang akan lepas landas.
Butuh kefokusan untuk seorang pilot agar pesawat bisa terbang dengan selamat.
Demikian juga, jika kita gagal dalam hal persahabatn, maka cerita injil
tersebut akan susah untuk diceritakan. Hal ini sungguh sangat membantu saya
secara pribadi. Perlahan saya mulai keluar dari zonanya saya. Kasih kepada
sesame dengan membagikan kabar sukacita menjadi pendorong bagi saya untuk tidak
berdiam dalam comfort zone yang saya
buat. Saya tidak harus menghilangkan karakter plegmatis saya, karena itu
bukanlah sesuatu yang dapat dihilangkan dengan mudah meskipun ada beberapa
factor yang bisa membunuh karakter seseorang. tapi justru kelemahan sebuah
karakter bukanlah penghambat bagi kita untuk menyatakan kasih-Nya, tapi sebagai
dorongan untuk lebih semangat dan berani. Dan bagi saya hal ini adalah bagian
dari kita yang mau ikut memikul salib-Nya.
Memasuki dunia alumni, justru saya kembali
diperhadapkan dengan kelemahan karakter saya yang satu ini. pada hari kemarin,
wajah saya seperti ditampar ketika mendengar bahwa salah satu guru Sekolah
Menegah Pertama mengadu kepada teman-teman saya tentang sikap saya yang kurang
sopan karena setiap berpapasan dijalan saya tidak menegurnya. Meskipun hal ini
dilakukan tanpa sengaja karena setiap berpapasan, kami sama-sama mengendarai
sepeda motor dan pada saat itu saya selalu focus pada pandangan tegak lurus
kedepan sehingga tidak terlalu memperhatikan kendaraan yang lalu lalang
disamping. Terkadang juga saya nanti menyadarinya ketika kendaraan guru sudah melewati saya. Mendengar hal ini, saya
merasa sangat kecewa dengan diri saya yang pasif dan tidak seperti teman-teman
saya yang lainnya. Label introvert
seakan susah untuk dilepaskan dari diri saya.
Jauh dari sahabat-sahabat dekat dan komunitas yang selalu mengingatkan, justru
perlahan membuat saya mulai tergiur untuk terus hanyut dalam zona nyamannya
saya. Kisah tentang zakheus kembali mengingatkan saya akan satu hal bahwa
mengikut Kristus harus ada yang dikorbankan, salah satunya adalah zona nyaman.
Kabar tentang Anak Tukang Kayu yang menggemparkan seluruh penduduk membuat
Zakheus ingin melihat Tuhan Yesus secara langsung. Keterbatasan tubuhnya yang
pendek membuat dia harus bersusah payah lari di antara banyaknya orang, bahkan
rela memanjat pohon agar bisa melihat Yesus. Tak hanya itu, dia pun harus rela
mendengar hujatan dan makian orang-orang tentang dirinya. Dan bukti dari
sukacitanya ketika berjumpa dengan Kristus adalah saat dia mau mambagikan
sebagian harta miliknya dan mengembalikan segala sesuatu yang dia peras dari
orang lain sebanyak empat kali lipat dari jumlah yang di perasnya. Mengapa hal
ini terjadi? Karena sesungguhnya perubahan hidup yang radikal, tidak dapat
diraih dengan cara biasa saja. Selalu dibutuhkan keberanian dan tindakan
ekstra, yaitu berani keluar dari zona nyaman. Meskipun dalam alkitab ada
beberapa tokoh yang berani keluar dari zona nyaman, tapi tokoh Zakheus hari ini kembali menjadi pengingat bagi saya
secara pribadi akan siapa saya sesungguhnya. Zakheus berarti “bersih”. Si
bersih yang kotor najis telah menjadi Si Bersih sejati. Perjumpaan hidup secara
personal dengan Tuhan Yesus itulah menjadi titik balik berubahnya Zakheus
secara total.
Hidup
jauh dari komunitas yang menuntunmu bertumbuh mengenal Kristus bukanlah alasan
untuk kita kembali di zona nyamannya kita, tapi justru dengan hal ini kita
harus lebih semangat untuk berkarya di zonanya Kristus. Roh Kudus yang tinggal
diam didalam hidup kita akan terus menjadi pengingat dan penolong untuk kita
berjalan dalam jalannya Tuhan. Bawaan karakter bukanlah alasan untuk kita terus
mengikatkan diri pada zona kita, tapi
untuk membuat kita semakin belajar akan karakter Kristus yang sempurna.
Soli
Deo Gloria
Tatengesan,
30 Januari 2020
PChrist_inW
Trimakasih😊😇 amin👍💪
BalasHapus