Jumat, 07 Februari 2020

DIA MENGERTI


Ratapan 2 : 11
Hancur habis hatiku,sebab jatuh pingsan kanak-kanak dan bayi di lapangan-lapangan kota

Perasaan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dengan penginderaan, sebab perasaan akan lebih terkait dengan sesuatu yang terjadi dilingkungan sekitarnya. Misalkan seseorang akan merasa kegerahan jika lingkungan disekitarnya panas. Berbeda dengan perasaan, emosi justru mengungkapkan perasaan. Misalnya seseorang akan mudah“marah” jika dia dalam keadaan kepanasan. Hal ini juga yang dialami oleh Nabi Yeremia. Nabi Yeremia dikenal sebagai nabi “Ratapan”, yang diyakini sebagai penulis kitab Ratapan. Keadaan bangsa Yehuda dan bait suci yang hancur oleh Babel menjadi objek Ratapan dalam kitab ini. Penyebab sesungguhnya dari kehancuran yang terjadi adalah bangsa Yehuda sendiri. Perasaan sedih ini kemudian diungkapkan dalam tulisan yang penuh emosional oleh nabi Yeremia.
Setiap orang punya respon emosinal yang berbeda-beda terhadap apa yang mereka rasakan. Ada yang berkata , bahwa perempuan cenderung lebih menggunakan perasaan, sedang laki-laki menggunakan logika, tapi sebenarnya logika dan perasaan justru merupakan hal yang tak dapat dipisahkan dan setiap orang pasti mempunyai perasaan terhadap situasi atau keadaan disekitar mereka.
Yesus pun mengalami perasaan yang teramat sedih ketika melihat akan keberdosaan manusia. Yesus meratapi akan kekerasan hati dan kesombongan manusia yang justru dapat menyebabkan kebinasaan. Sebagai respon dari perasaan sedih tersebut, Yesus menunjukan pengampunan dan kasih tanpa syarat melalui totalitas penderitaan dan pengorbanan-Nya bagi kita manusia yang berdosa.
Hari ini, mungkin ada banyak hal  terjadi disekitar kita yang menguras banyak emosi. Entahkah itu marah ketika ada yang menyakiti kita, beban hidup yang melelahkan, diperlakukan tidak adil ataupun ditekan tanpa kasih, yang melahirkan emosi baik dalam bentuk  tangisan ketika mulut tak mampu untuk berucap. Apapun emosi dan perasaan yang kita rasakan itu adalah hal yang wajar. Wajar jika kita merasa terpukul ketika disakiti, wajar kita merasa lelah jika terus ditekan, wajar kita merasa malu ketika dipermalukan, tapi seperti ungkapan Yeremia “Curahkan isi hatimu bagaikan air dihadapan Tuhan, angkatlah tanganmu kepada-Nya demi hidup anak-anakmu”, maka adalah baik mencurahkan isi hati kita kepada Dia, karena seperti ungkapan lagu “Dia mengerti”, maka Kristus  adalah tempat yang paling tepat, sebab Dia sendiri telah mengalami lebih dulu semua perasaan dan emosi sebagai manusia ketika Dia ditinggalkan, dikhianati, dipermalukan, dikucilkan, dihina,dianiaya, di sangkali dan disalibkan. Tak bisa dibayangkan seperti apa perasaan Yesus saat itu, tapi satu hal yang pasti bukan seperti kita yang berdosa, tapi perasaan “Kasih” tak bersyarat yang Ia miliki dan respon Kasih itu adalah Pengampunan yang sempurna bagi dunia. Amin

Terkadang kita merasa tak ada jalan terbuka
                Tak ada lagi waktu terlambat sudah
Tuhan tak  pernah berdusta
Dia s’lalu pegang janji-Nya
Bagi orang percaya, mujizat nyata..

Dia mengerti, Dia Peduli  
persoalan yang sedang terjadi
Dia mengerti Dia peduli 
persoalan yang kita alami
Namun satu yang Dia minta
 Agar kita percaya
          Sampai mujizat menjadi nyata

Soli Deo Gloria
Tatengesan, 07 Februari 2020
PChrist_inW


5 komentar :

  1. Tulisan yang memberkati. Memang Tuhanlah yang paling mengerti kita, karena Dia yang menciptakan kita. Manusia tidak bisa mengerti seutuhnya diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu jika dikecewakan oleh manusia maka sesungguhnya hal itu adalah wajar. Meskipun demikian, sebagai manusia yang telah ditebus, kita terus belajar mengasihi sesama dan mengerti mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin. Iya benar kak trimakasih untuk motivasinya selama inišŸ™

      Hapus
  2. Terbaik. sulit memang mengerti dengan perasaan manusia bahkan diri sendiri karena itu curahkan perasaan kita pada-Nya.

    BalasHapus
  3. Trimakasih Key(?)
    Amin. Tuhan Yesus berkati trg samua

    BalasHapus