PERGUMULAN SEBAGAI KESEMPATAN UNTUK MENGHAYATI
PENDERITAAN KRISTUS
2
Korintus 1:3-4
(1)Terpujilah Allah Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa
yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, (2) yang
menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur
mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang
kami terima sendiri dari Allah.
Ketika ada orang yang
bertanya “apa kabar?”, bagaimana anda akan menjawab? Tentunya baik bukan? Atau
jika ada orang yang menyapa dengan kata
“shalom..!” respon kita adalah dengan harus menjawab “damai di hati” . Bila
jawaban ini dilandasi dengan iman bahwa Allah senantiasa memelihara kehidupan
kita dan segala yang terjadi dalam kehidupan kita merupakan bagian dari
rencana-Nya, maka itu adalah hal yang wajar. Tapi, yang tidak benar adalah
jawaban tersebut justru merupakan penyangkalan terhadap realitas hidup yang
kita alami. Sungguh tidaklah benar, jika masalah, pergumulan, kesulitan dan
kesesakan hidup yang dialami seseorang merupakan tanda bahwa dia kurang rohani.
Dan sangatlah tidak tepat jika kegagalan yang dialami seseorang adalah karena
dia kurang berdoa. Apalagi sangat tidaklah wajar jika doa dijadikan sebagai
alat keberuntungan dan jimat untuk sukses, apalagi menganggap bahwa khasiat doa
tergantung pada gelar teologi dan status pelayanan seseorang yang jika
didoakan, pasti manjur. Hal yang terkadang terdengar rohani tanpa disadari
sering dijadikan berhala oleh kebanyakan
orang.
Mengikut Kristus
bukan hanya sekedar mempercayai Dia sebagai juruselamat dan Tuhan yang dapat
menebus kita dari segala dosa, tapi bersedia mengikut dan memikul salib-Nya.
Banyak orang yang mengaku percaya Kristus, tapi belum tentu mau mengikut Dia.
Banyak orang yang mau mengikut Dia tapi tak bersedia memikul salib-Nya,
meskipun pada hakekatnya menjadi
pengikut Kristus adalah bagian yang tak terpisahkan dari penyangkalan diri dan
bersedia menderita bagi Dia.
Allah tidak menuntut
kita untuk kembali ke dua ribu tahun yang lampau untuk menjadi seperti Simon
orang Kirene yang dipaksa memikul salib Yesus, tapi Dia ingin agar hidup kita
senantiasa menjadikan-Nya sebagai yang utama dan satu-satunya bukan salah
satunya. Dan hal ini butuh pengorbanan, entahkah itu Pengorbanan waktu, tenaga,
perasaan, ego, atau bahkan materi. Semua ini adalah bagian dari salib yang
harus kita pikul. Tapi bukankah ini juga bagian dari anugerah-Nya? Rasul Paulus
memandang penderitaan yang ia alami bagi Kristus adalah karunia Allah (Filipi
1:29). Pergumulan dan penderitaan juga dijadikan sebagai alat untuk membuat kita semakin bergantung
pada-Nya.
Realita hidup memang
sulit., kenyataan terkadang dipandang sebagai hal yang tak semudah
kalimat-kalimat bijak untuk dijadikan
status rohani oleh kebanyakan orang. Tapi satu hal yang mungkin bahwa sepenggal
kata indah yang berisi motivasi dan pujian syukur, tak pernah lepas dari proses
yang dialami seseorang yang kemudian diungkapkan lewat sepengal tulisan.
Tetaplah percaya,
pertolongan Allah yang tak terduga dan kesadaran bahwa Kristus pun telah
menderita bahkan sampai mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia akan
menjadi penghiburan yang berlimpah-limpah bagi kita. Penderitaan yang kita alami akan menjadi
kesempatan untuk kembali mengingat apa yang telah Yesus buat bagi kita yang
berdosa. Yesus mengasihi kita, dan Dia tahu bahwa kita mampu menghadapi setiap
kenyataan hidup ini karena Dia selalu ada bersama dengan kita.
Tuhan Yesus memberkati kita semua
Soli Deo Gloria
Tatengesan, 11 Februari 2020
PChrist_inW
0 komentar :
Posting Komentar