Selasa, 11 Februari 2020


PERGUMULAN SEBAGAI KESEMPATAN UNTUK MENGHAYATI PENDERITAAN KRISTUS



2     Korintus 1:3-4
(1)Terpujilah Allah Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, (2) yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.

Ketika ada orang yang bertanya “apa kabar?”, bagaimana anda akan menjawab? Tentunya baik bukan? Atau jika ada orang yang menyapa dengan kata  “shalom..!” respon kita adalah dengan harus menjawab “damai di hati” . Bila jawaban ini dilandasi dengan iman bahwa Allah senantiasa memelihara kehidupan kita dan segala yang terjadi dalam kehidupan kita merupakan bagian dari rencana-Nya, maka itu adalah hal yang wajar. Tapi, yang tidak benar adalah jawaban tersebut justru merupakan penyangkalan terhadap realitas hidup yang kita alami. Sungguh tidaklah benar, jika masalah, pergumulan, kesulitan dan kesesakan hidup yang dialami seseorang merupakan tanda bahwa dia kurang rohani. Dan sangatlah tidak tepat jika kegagalan yang dialami seseorang adalah karena dia kurang berdoa. Apalagi sangat tidaklah wajar jika doa dijadikan sebagai alat keberuntungan dan jimat untuk sukses, apalagi menganggap bahwa khasiat doa tergantung pada gelar teologi dan status pelayanan seseorang yang jika didoakan, pasti manjur. Hal yang terkadang terdengar rohani tanpa disadari sering  dijadikan berhala oleh kebanyakan orang.

Mengikut Kristus bukan hanya sekedar mempercayai Dia sebagai juruselamat dan Tuhan yang dapat menebus kita dari segala dosa, tapi bersedia mengikut dan memikul salib-Nya. Banyak orang yang mengaku percaya Kristus, tapi belum tentu mau mengikut Dia. Banyak orang yang mau mengikut Dia tapi tak bersedia memikul salib-Nya, meskipun pada hakekatnya  menjadi pengikut Kristus adalah bagian yang tak terpisahkan dari penyangkalan diri dan bersedia menderita bagi Dia.

Allah tidak menuntut kita untuk kembali ke dua ribu tahun yang lampau untuk menjadi seperti Simon orang Kirene yang dipaksa memikul salib Yesus, tapi Dia ingin agar hidup kita senantiasa menjadikan-Nya sebagai yang utama dan satu-satunya bukan salah satunya. Dan hal ini butuh pengorbanan, entahkah itu Pengorbanan waktu, tenaga, perasaan, ego, atau bahkan materi. Semua ini adalah bagian dari salib yang harus kita pikul. Tapi bukankah ini juga bagian dari anugerah-Nya? Rasul Paulus memandang penderitaan yang ia alami bagi Kristus adalah karunia Allah (Filipi 1:29). Pergumulan dan penderitaan juga dijadikan sebagai  alat untuk membuat kita semakin bergantung pada-Nya.
Realita hidup memang sulit., kenyataan terkadang dipandang sebagai hal yang tak semudah kalimat-kalimat bijak untuk  dijadikan status rohani oleh kebanyakan orang. Tapi satu hal yang mungkin bahwa sepenggal kata indah yang berisi motivasi dan pujian syukur, tak pernah lepas dari proses yang dialami seseorang yang kemudian diungkapkan lewat sepengal tulisan.

Tetaplah percaya, pertolongan Allah yang tak terduga dan kesadaran bahwa Kristus pun telah menderita bahkan sampai mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia akan menjadi penghiburan yang berlimpah-limpah bagi kita.  Penderitaan yang kita alami akan menjadi kesempatan untuk kembali mengingat apa yang telah Yesus buat bagi kita yang berdosa. Yesus mengasihi kita, dan Dia tahu bahwa kita mampu menghadapi setiap kenyataan hidup ini karena Dia selalu ada bersama dengan kita.
Tuhan Yesus memberkati kita semua

Soli Deo Gloria
Tatengesan, 11 Februari 2020

PChrist_inW




0 komentar :

Posting Komentar