1 Samuel 16:11
Lalu Samuel berkata kepada Isai :”inikah anakmu semuanya?” jawabnya “masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba.” kata Samuel kepada Isai:”suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum dia datang kemari”
harta yang paling berharga adalah keluarga
istana yang paling indah adalah keluarga
puisi yang paling bermakna adalah keluarga
mutiara tiada tara adalah keluarga
Pernah mendengar lagu diatas? ya, lagu ini adalah lagu OST “Keluarga Cemara” yang dipopulerkan oleh Bunga Cita Lestari. Kata-kata yang indah dalam lagu ini sesungguhnya tidak seindah masalah dan dinamika yang terjadi dalam kisah di film ini, namun pesan dan pembelajarannya justru yang menjadi bekal yang indah bagi setiap penontonnya.
Bagaimana dengan kita? apakah kata-kata indah di atas juga seindah kisah kita dalam keluarga?
Daud merupakan tokoh Alkitab yang banyak diceritakan dalam ibadah sekolah minggu. Anak-anak pada umumnya sangat senang mendengar kisah tentang Daud, apalagi mengenai peperangan Daud melawan orang Filistin, Khususnya Goliat yang takluk ditangannya hanya dengan menggunakan sebuah batu kecil dan ketapel (1 Samuel 17:40-58). Daud juga dikenal sebagai Raja yang di urapi oleh Tuhan melalui Samuel (1 Samuel 16:13), Daud pun dikenal sebagai sosok sahabat yang sangat dikasihi oleh Yonatan, anak Saul (1 Samuel 18:1-5). Banyak kisah tentang Daud termasuk cerita tentang perbuatan dosanya telah menjadi cerita populer dalam Alkitab yang selalu diceritakan. Tapi, coba kita kembali ke awal cerita, dimana Daud akan diurapi menjadi raja oleh Samuel. Ada kisah menarik yang terjadi saat itu. Saat Samuel hendak mengurapi anak-anak Isai dalam upacara pengorbanan di Betlehem, Daud tidak bersama-sama dengan ayah dan saudara-saudaranya melainkan sedang menggembalakan kambing domba.
Bukankah anak bungsu seharusnya yang paling disayang dan dilindungi? bukankah anak bungsu adalah yang paling dimanja dan diperhatikan? itu berarti seharusnya anak bungsu pun akan di bawa kemana-mana oleh orang tuanya. Dari hal ini justru terlihat bahwa sesungguhnya sejak awal Daud sudah diproses dalam keluarganya bahkan sampai pada saat dia menjadi Raja dan sudah memiliki keluarga sendiri.
Banyak tokoh Alkitab yang juga mengalami banyak dinamika dalam keluarganya, seperti Yusuf yang dibenci oleh saudaranya, Musa yang dibuang ke sungai oleh ibu kandungnya, dan banyak kisah lagi termasuk tentang Yesus yang lahir di tengah keluarga miskin dan menjadi anak anak tukang kayu.
Saya dan anda juga ada di tengah-tengah keluarga yang tidak bisa kita pilih sebelum kita lahir. dalam sebuah drama korea yang saya tonton, ada kalimat yang terngiang dalam pikiran saya tentang keluarga ; “anda tidak bisa memilih seperti apa orang tua anda saat anda dilahirkan, tapi anda bisa memilih akan jadi seperti apa anda bagi orang tua yang telah ditentukan untuk anda” cukup lama saya mencerna arti dari kalimat ini lalu kemudian saya mendapatkan bahwa sesungguhnya tak ada yang kebetulah dalam rencana Allah. kelahiran kita bukanlah suatu kesalahan, dan keberadaan kita bukanlah hal yang tak diinginkan. Meskipun mungkin orang tua kita tidak menginginkan kita, namun kita lahir dengan latar belakang keluarga yang berbeda-beda justru bukan tanpa maksud. Mungkin kita merasa tidak dianggap oleh keluarga, mungkin kita merasa ditekan oleh keluarga, mungkin juga kita merasa tidak dihargai oleh keluarga kita, bahkan mungkin kita merasa kita adalah orang yang sudah dibuang dari daftar anggota keluarga, tapi yang perlu diingat adalah Allah dapat memakai berbagai cara untuk kita bisa mengenal akan apa artinya keluarga melalui sebuah dinamika. dari ditinggalkan kita belajar tentang bagaimana menemukan kasih yang sejati. dari tidak dihargai, kita belajar akan betapa berharganya hidup kita bagi Allah. dari dianiaya, kita belajar akan hidup yang senantiasa mengampuni. dan dari kekurangan, kita belajar akan betapa berlimpahnya hidup dalam kasih.
masing-masing dari kita tentu punya banyak kisah dan cerita sebagai seorang anak dalam keluarga. Susah dan senang semua adalah satu dalam bingkai rasa yang mengajarkan kita tentang hukum utama, yaitu kasih terhadap sesama (Matius 22:39). pada akhirnya, seperti sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa jika kasih adalah hukum utama, maka tidak mengasihi adalah kegagalan terbesar (Joy Manik).
Soli Deo Gloria
Tatengesan, 14 Juni 2020
oleh : Pricilia Kristin Wahongan
Pchris-In