This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 28 Juni 2020

His mind was so deep and beautiful at the same time❤

Mazmur 139:17-18 (TB) 
 Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya! Jika aku mau menghitungnya, itu lebih banyak dari pada pasir. Apabila aku berhenti, masih saja aku bersama-sama Engkau. 

        Menurut perhitungan, manusia dewasa memiliki 70.000 pemikiran dalam sehari. Artinya, dari 86.400 detik dalam sehari, setiap 1,2 detik kita selalu dihinggapi pemikiran-pemikiran yang baru. Bukan tidak mungkin bahwa pemikiran-pemikiran ini lahir dari banyaknya hal yang terjadi dalam hidup.

Ada suka, ada duka.
Ada tawa ada tangis.
Ada keberhasilan ada juga kegagalan. 

   Pergantian peristiwa membuat kita terus menghasilkan buah-buah pemikiran yang sering menghasilkan berbagai pertanyaan. Mengapa ini harus terjadi Tuhan? Apa yang akan terjadi ke depan Tuhan? Bagaimana masa depanku Tuhan? Apa yang harus kulakukan Tuhan?

Pemikiran Allah tak dapat di selami oleh manusia, meskipun ribuan pertanyaan harus kita sampaikan. Terlalu dalam untuk diselami oleh pikiran kita yang terbatas. 

        Tuhan tidak pernah bermain dadu. Tak ada yang kebetulan. Rencana-Nya selalu indah meski banyak hal yang sering tidak kita pahami. Sebelum kita ada di dunia ini, Allah telah mengasihi kita dengan kasih-Nya, karena kita adalah pusat kasih Allah. Yeremia 1:5a "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau.

        Jika di saat ini, ada banyak hal yang mengganggu pikiran kita, entah itu masa depan ataupun masa lalu  entah itu kerinduan ataupun penyesalan, maka disini kita diajarkan untuk berserah dan berbenah. Mungkin saja, hidup yang kita jalani tujuannya belum jelas sehingga kita sering dilanda kekhawatiran. Mungkin saja prioritas kita belum tepat sehingga kita digerakkan oleh kecemasan. Maka, sudah tepat jika seharusnya kita lebih lagi memberi ruang bagi Allah dalam hidup kita. Kekhawatiran ada karna kita yang tidak sungguh-sungguh mempercayai-Nya dalam kehidupan. Keraguan ada karena kita yang masih mengandalkan pikiran kita yang terbatas tanpa menyadari bahwa pikiran Allah jauh lebih mulia.  

      Percayailah Dia, bersandarlah sepenuhnya kepada-Nya, dan ijinkan Dia mengambil alih pikiran anda yang sia-sia karena, lebih dalam dari semuanya itu, ia tak pernah salah dalam merancangkan sesuatu. Pikiran-Nya begitu dalam dan  indah secara bersamaan

Yesaya 41:10 (TB) janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.  


Tatengesan, 28 Juni 2020
PChrist_in

Minggu, 14 Juni 2020

Family, the first place to learn to love others



1 Samuel 16:11

Lalu Samuel berkata kepada Isai :”inikah anakmu semuanya?” jawabnya “masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba.” kata Samuel kepada Isai:”suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum dia datang kemari” 

harta yang paling berharga adalah keluarga 
istana yang paling indah adalah keluarga 
puisi yang paling bermakna adalah keluarga 
mutiara tiada tara adalah keluarga 

        Pernah mendengar lagu diatas? ya, lagu ini adalah lagu OST “Keluarga Cemara” yang dipopulerkan oleh Bunga Cita Lestari. Kata-kata yang indah dalam lagu ini sesungguhnya tidak seindah masalah dan dinamika yang terjadi dalam kisah di film ini, namun pesan dan pembelajarannya justru yang menjadi bekal yang indah bagi setiap penontonnya. Bagaimana dengan kita? apakah kata-kata indah di atas juga seindah kisah kita dalam keluarga? 

         Daud merupakan tokoh Alkitab yang banyak diceritakan dalam ibadah sekolah minggu. Anak-anak pada umumnya sangat senang mendengar kisah tentang Daud, apalagi mengenai peperangan Daud melawan orang Filistin, Khususnya Goliat yang takluk ditangannya hanya dengan menggunakan sebuah batu kecil dan ketapel (1 Samuel 17:40-58). Daud juga dikenal sebagai Raja yang di urapi oleh Tuhan melalui Samuel (1 Samuel 16:13), Daud pun dikenal sebagai sosok sahabat yang sangat dikasihi oleh Yonatan, anak Saul (1 Samuel 18:1-5). Banyak kisah tentang Daud termasuk cerita tentang perbuatan dosanya telah menjadi cerita populer dalam Alkitab yang selalu diceritakan. Tapi, coba kita kembali ke awal cerita, dimana Daud akan diurapi menjadi raja oleh Samuel. Ada kisah menarik yang terjadi saat itu. Saat Samuel hendak mengurapi anak-anak Isai dalam upacara pengorbanan di Betlehem, Daud tidak bersama-sama dengan ayah dan saudara-saudaranya melainkan sedang menggembalakan kambing domba.

              Bukankah anak bungsu seharusnya yang paling disayang dan dilindungi? bukankah anak bungsu adalah yang paling dimanja dan diperhatikan? itu berarti seharusnya anak bungsu pun akan di bawa kemana-mana oleh orang tuanya. Dari hal ini justru terlihat bahwa sesungguhnya sejak awal Daud sudah diproses dalam keluarganya bahkan sampai pada saat dia menjadi Raja dan sudah memiliki keluarga sendiri. Banyak tokoh Alkitab yang juga mengalami banyak dinamika dalam keluarganya, seperti Yusuf yang dibenci oleh saudaranya, Musa yang dibuang ke sungai oleh ibu kandungnya, dan banyak kisah lagi termasuk tentang Yesus yang lahir di tengah keluarga miskin dan menjadi anak anak tukang kayu.


        Saya dan anda juga ada di tengah-tengah keluarga yang tidak bisa kita pilih sebelum kita lahir. dalam sebuah drama korea yang saya tonton, ada kalimat yang terngiang dalam pikiran saya tentang keluarga ; “anda tidak bisa memilih seperti apa orang tua anda saat anda dilahirkan, tapi anda bisa memilih akan jadi seperti apa anda bagi orang tua yang telah ditentukan untuk anda” cukup lama saya mencerna arti dari kalimat ini lalu kemudian saya mendapatkan bahwa sesungguhnya tak ada yang kebetulah dalam rencana Allah. kelahiran kita bukanlah suatu kesalahan, dan keberadaan kita bukanlah hal yang tak diinginkan. Meskipun mungkin orang tua kita tidak menginginkan kita, namun kita lahir dengan latar belakang keluarga yang berbeda-beda justru bukan tanpa maksud. Mungkin kita merasa tidak dianggap oleh keluarga, mungkin kita merasa ditekan oleh keluarga, mungkin juga kita merasa tidak dihargai oleh keluarga kita, bahkan mungkin kita merasa kita adalah orang yang sudah dibuang dari daftar anggota keluarga, tapi yang perlu diingat adalah Allah dapat memakai berbagai cara untuk kita bisa mengenal akan apa artinya keluarga melalui sebuah dinamika. dari ditinggalkan kita belajar tentang bagaimana menemukan kasih yang sejati. dari tidak dihargai, kita belajar akan betapa berharganya hidup kita bagi Allah. dari dianiaya, kita belajar akan hidup yang senantiasa mengampuni. dan dari kekurangan, kita belajar akan betapa berlimpahnya hidup dalam kasih. masing-masing dari kita tentu punya banyak kisah dan cerita sebagai seorang anak dalam keluarga. Susah dan senang semua adalah satu dalam bingkai rasa yang mengajarkan kita tentang hukum utama, yaitu kasih terhadap sesama (Matius 22:39). pada akhirnya, seperti sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa jika kasih adalah hukum utama, maka tidak mengasihi adalah kegagalan terbesar (Joy Manik).

 Soli Deo Gloria 

 Tatengesan, 14 Juni 2020

 oleh : Pricilia Kristin Wahongan 


                                 Pchris-In  

Kamis, 04 Juni 2020

LEMAH LEMBUT MENDATANGKAN KEDAMAIAN 


  • Efesus 4:2 (TB) Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. 
  •  "Hidup itu punya banyak rasa"
  •     Istilah ini sering didengar dalam sebuah iklan produk kopi. Orang-orang yang banyak menghabiskan waktu di depan layar TV pasti tidak akan asing dengan kalimat ini, dan memang kalimat ini adalah benar. Perjalanan waktu yang terus berputar tidak serta merta membuat kita hanya duduk diam dan tenang-tenang saja tanpa menemui berbagi dinamika hidup. Ada saat kita merasa senang, ada saat kita merasa sedih bahkan ada saat dimana kita seolah mati rasa dengan kehampaan. Semua ini ada penyebabnya. Dan sekrang yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana respon anda terhadap hidup yang katanya banyak rasa ini? Dalam kitab Efesus, ada istilah yang meluruskan sikap kita yang tidak menyenangkan, yaitu lemah lembut. Sikap yang menunjukkan kebaikan dan kemurahan hati dalam diri sesorang. Lemah lembut berarti mau menerima keterbatasan dan kekurangan orang lain tanpa melampiaskannya melalui bentakan, hentakkan bahkan amarah. 
  •     Dalam Galatia 5:22-23 sendiri berkata bahwa kelemah lembutan merupakan bagian dari buah Roh. Jika dalam keluarga saja kita belum bisa lemah lembut, pertanyaannya apakah hidup kita sudah benar-benar dipimpin oleh Roh Kudus? Memang tidak mudah ketika kita harus tenang dan diam sebagai respon atas kata-kata kasar, dan memang cukup sulit ketika kita harus lembut dan tenang saat diihasut, tapi selama kita menyerahkan hidup kita kepada Kristus, memohon Dia untuk memampukan kita bersikap sesuai dengan kehendak-Nya. Allah sendiri tidak ingin kata-kata kasar yang melukai hati orang lain keluar dari mulut kita, anak yang Ia kasihi. Tuhan Yesus telah menebus segala dosa kita dengan anugerah-Nya termasuk dosa kita yang suka bersikap kasar terhadap orang lain. Jika untuk bisa lemah lembut saja kita tidak bisa menyangkal diri dan menampakkannya dalam hidup, kini yg harus direnungkan sekali lagi adalah apakah kita telah benar-benar mengasihi-Nya? Apakah kita benar-benar sadar seberapa besar yang Yesus korbankan untuk kita? Apakah kita benar-benar sudah menjadi orang yang tahu berterimakasih? Jika perbuatan baik adalah ungkapan terimakasih kita kepada-Nya, mengapa untuk bisa lemah lembut saja kita tidak bisa melakukannya. Kita terlalu berat mengorbankan ego kita, padahal dosa saya dan anda yang begitu berat telah dipikul-Nya. 
  •        Belajarlah lemah lembut dari Tuhan Yesus, selama kita mau belajar untuk tetap dan selalu menyerahkan hidup kita pada-Nya, Dia pasti memampukan kita. Soli Deo Gloria