Saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar, pertama kali saya ditunjuk menjadi pembaca teks UUD saat upacara. Jika diingat-ingat mungkin itu awal mulanya saya berubah kepribadian menjadi orang yang introvert. Meskipun rasa gugup adalah hal yang wajar, tapi respon saya terhadap rasa gugup saat itu sangatlah tidak wajar karena bukan hanya tangan dan suara, bahkan kaki dan pipi saya kala itu bergetar. Anehnya, pada upacara di minggu-minggu selanjutnya saya tetap ditunjuk untuk membaca undang-undang. Kenapa harus saya? Itu yang saya tanyakan kepada mereka. Sebab dari kejadian itu seharusnya mereka sadar bahwa saya tidak mampu untuk membaca Undang-Undang Dasar dengan baik.
Pernahkah kalian juga bertanya baik kepada diri sendiri atau orang lain dengan kata-kata "Kenapa harus saya?" Kenapa bukan orang lain saja yang menurut kita lebih mampu. Entahkan itu dalam dunia pekerjaan, dalam lingkup sekolah, dalam pelayanan, atau dimanapun kita berada pertanyaan ini bisa saja muncul, entakah itu karena faktor malas atau tidak mau melakukan sesuatu yang menyusahkan kita, atau karena faktor kitanya yang kurang percaya diri sehingga kita bertanya "Kenapa harus saya?"
Sewaktu Tuhan memanggil Musa dan memintanya untuk membawa Israel keluar dari Mesir, ia menolak. Ia beralasan, "Ah, Tuhan. Aku ini tidak pandai bicara, dahulu pun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mu pun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah" (Keluaran 4:10). Perhatikan jawaban Tuhan pada ayat berikutnya, "Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni Tuhan?" Tuhan ingin mengutus Musa melakukan pekerjaan-Nya tetapi Musa merasa tidak berkemampuan cukup untuk melakukan tugas itu. Jawaban Tuhan menegaskan bahwa Tuhan tahu kondisinya " sulit bicara " sebab Tuhanlah yang membuatnya seperti itu. Kendati Musa minder, Tuhan tetap memanggil dan akhirnya mengutusnya. Selama 40 tahun Tuhan memakai Musa memimpin Israel keluar dari Mesir. Keminderan Musa tidak menghalangi Tuhan memanggil dan memakainya; keterbatasan Musa tidak merintanginya melaksanakan dan menggenapi pekerjaan Tuhan.
Sudah sebulan sejak saya membentuk kelompok pemuridan dengan beberapa orang kunci di tempat saya Tuhan percayakan untuk melayani,yaitu Komisi Pemuda. Saya beryukur dari mereka saya banyak belajar tapi juga sekaligus mengajar mereka untuk bersama-sama bertumbuh dalam pengenalan akan Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan. Mereka pun dengan rendah hati mau belajar cara cerita injil, meskipun ada diantara mereka yang berlatar belakang teologi. Singkatnya, pada minggu yang lalu mulai ada multiplikasi dan kemudian saya membentuk kelompok PA yang baru dengan orang-orang berbeda tentunya. Tapi, sesudah pertemuan perdananya kami, ada hal yang membuat saya seakan tak bersemangat lagi. Pengaruh kata-kata dari teman pemuda ini sangat besar efeknya bagi saya. Mungkin ini juga salah satu bagian dari kelemahan saya yang mudah terpengaruh dengan penilaian orang akan diri sendiri. Tapi saya tak mau menyangkali bahwa ini sangat mengusik hati saya sampai-sampai di minggu yang baru lewat ini saya melewatkan jadwal PA kami. Teman saya itu berkata bahwa apa yang saya bagikan tak cukup membuatnya yakin karena saya bukan berlatar belakang Teologi. Mungkin karena penjelasan saya yang terbata-bata dalam cerita injil ataupun dalam merespon pertanyaannya. Memang Seharusnya penolakan seperti ini menjadi hal yang wajar bagi saya karena semasa kampus dulu saya pernah diajarkan bahwa membawa seseorang menerima Kristus itu adalah pekerjaan Roh Kudus. Akan tetapi, entah kenapa dari kejadian ini timbul pertanyaan dalam diri " Kenapa harus saya?" Kenapa saya harus ditempatkan disini, melayani disini, dan bertemu dengam kepribadian orang-orang seperti ini. Kenapa Tuhan harus membuat saya yang orang awam ini untuk melayani-Nya.
Setelah direnungkan, sama halnya dengan Musa, ternyata banyak tokoh Alkitab pun yang demikian. Mereka mengeluh tatkala harus menerima tugas dari Tuhan. Tapi, Tuhan berjanji bahwa Dia yang akan menyertai mereka melalui semua tantangan yang ada. Tuhan dapat memakai siapa saja dan Tuhan tau sejauh apa kita mampu memikul salib untuk melayani Dia.
Kiranya kita semua pun tetap semangat dan terus bergantung sepenuhnya pada Tuhan. Kamu pasti mampuš
Amin...