Oleh: Pricilia Kristin Wahongan
Minahasa Tenggara
Hidup tanpa tujuan adalah hidup yang tak layak untuk dihidupi. Begitulah kalimat yang aku dengar dari seorang teman mengenai tujuan hidup. Tentunya kalimat ini bukanlah tanpa alasan ia sampaikan. Sebelumnya ia bertanya pada padaku tentang apa tujuan hidupku. Aku kaget pada awalnya karena lebih mudah menjawab pertanyaan “apa cita-citamu” dibandingkan dengan “apa tujuan hidupmu”. Aku bukannya tidak punya tujuan. Justru terlalu banyak hal yang ingin kutuju sehingga aku tak tahu mana tujuan yang pasti. Karir yang mapan? Pendidikan yang tinggi? Uang yang berlimpah? Jabatan penting? entahlah. Intinya aku ingin bahagia bersama mereka yang aku sayangi. Aku ingin meningkatkan standar kepuasan hidupku. Tapi, bagaimana itu dapat terjadi jika tujuan hidupku yang pasti belum aku temui.
Saulus yang kemudian disebut Paulus merupakan orang yang memiliki tujuan yang berbeda sebelum dia bertemu dengan Kristus. latar belakang keluarga, pendidikan bahkan pekerjaannya membuktikan bahwa dia telah memiliki apa yang menjadi harapan dan tujuan hidup kebanyakan orang pada umumnya. Hidup yang diubahkan yang dia peroleh dalam anugerah Kristus membuat dia justru melupakan semuanya. Aku melupakan apa yang telah dibelakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku (Filipi 3:13b). Paulus telah menemui apa yang menjadi tujuan hidupnya, yaitu Kristus.
Bagaimana denganku..? Sama seperti Paulus, aku pun menemukan tujuan hidupku tatkala aku menemukan siapa diriku dalam Kristus. aku menyaksikan sendiri betapa besar anugerah-Nya dalam hidupku saat aku mengetahui betapa bobrok dan berdosanya diriku. Selama ini aku tak bisa melihat anugerah-Nya karena aku merasa diri benar. Aku bertusaha berbuat banyak kebaikan, meningkatkan pelayananan, memupuk persembahan agar nantinya ini dapat menjadi peganganku untuk berjumpa dengan-Nya . Sayangnya, semuanya justru sia-sia manakalah aku belum mempercayai Dia dalam hidupku. Sebesar apapun usahaku untuk menyelamatkan diri sendiri adalah mustahil. Syukur atas pengorbanan Kristus telah menjadi jalan pendamaian bagiku juga menolong aku untuk melihat apa tujuan hidupku. Tujuan hidup orang percaya harus sejalan dengan Tujuan Allah menciptakan manusia. seperti dalam (Yesaya 43:7), manusia diciptakan untuk memuliakan Allah. Ini terdengar seperti Allah begitu egois, mengutamakan kemuliaan-Nya dibandingkan dengan kebagaiaanku. Jika Allah mengasihiku seharusnya yang paling diutamakan adalah kebahagiaanku. Bukankah aku layak bahagia?
Memang, tidak ada yang salah jika ingin bahagia, sampai aku menemukan bahwa yang menjadi persoalannya adalah aku sendiri sebenarnya sama sekali tidak memahami apa arti itu kebahagian sejati. Kebahagiaan sejati tidak akan pernah kumiliki tanpa menemukan tujuan hidup yang benar, karena sesungguhnya Orang yang tujuan hidupnya berpusat pada Kristus akan membawa kebahagiaan sejati dalam dirinya. Ternyata inilah alasan mengapa ada orang-orang yang rela mengorbankan segala sesuatu demi Kristus karena mereka sendiri sudah menemukan apa tujuan hidup mereka. Kini telah aku sadari bahwa dalam pekerjaan, dalam pendidikan, dan dalam pelayananpun, aku menemukan bahwa tujuan hidup yang benar akan membuat setiap orang dapat melihat bahwa ada banyak kesempatan yang dapat kita pakai untuk semakin memuliakan Dia.
Soli Deo Gloria (PChrist_in)