Kamis, 23 Mei 2024
START UP
Rabu, 13 Maret 2024
BELAJAR BERKATA "TIDAK"
Kamis, 08 Februari 2024
SPIRITUALITAS YANG SEHAT SECARA EMOSI
Salah satu hal yang saya syukuri adalah ketika boleh
menyelesaikan bacaan buku ini. Dengan berbagai kendala baik dari luar maupun
oleh karena diri sendiri, akhirnya saya bisa berada pada halaman yang ke 262
sebelum berada pada catatan-catatan kutipan pustaka sebagai penutup.
Saya tidak dalam konsep untuk merivew buku ini, tapi lebih
kepada menceritakan kembali apa yang saya terima atau bagaimana Tuhan berbicara
kepada saya melalui buku yang ditulis oleh seorang bernama Peter Scazzero ini.
Ada yang berkata bahwa umur tidak menjadi tolak ukur
seseorang menjadi dewasa. Dalam hal kerohanian pun saya punya pandangan bahwa
keaktifan seseorang melibatkan diri dalam pelayanan juga bukan menjadi patokan
akan tidak atau adanya kedewasaan orang tersebut secara rohani. Buku ini
memberikan gambaran bahwa dewasa secara rohani mustahil kita alami tanpa adanya
kedewasaan dalam emosi kita. Penulis menggambarkan bagaimana tanda dari orang
yang tidak dewasa secara emosi sampai kepada bagaimana kita dapat menjadi orang
yang dewasa secara emosi. akhir buku ini pun menarik, karena disuguhkan dengan
langkah-langkah untuk kita membuat aturan hidup yang menuntun kita untuk sehat
secara emosi dan rohani. Salah satunya adalah melakukan ibadah harian. Ada
panduan yang diberikan untuk para pembaca.
Dalam buku ini, penulis menceritakan juga bahwa ia sempat
berhenti (Sabat) dari segala rutinitas tersebut demi kesehatan emosi dan kedewasaan
rohaninya sendiri. Hal ini diperlukan agar kita tidak menjadi pembawa damai
palsu. Berusaha merangkul dan menuntun orang lain untuk bertumbuh, bahkan kita
sendiri pun menunjukkan diri selayaknya orang yang bertumbuh, namun sebenarnya
ada bongkahan es yang tidak tersentuh dalam diri kita. Akar kita sama sekali tidak terjamah atau
tersentuh. Kenapa demikian? Karena kita tidak menikmati Kristus dalam hidup
kita sendiri. Kita sering sibuk bagi Tuhan tapi justru tidak memiliki
kebersamaan dengan Tuhan.
Membaca buku ini seperti bercermin kepada diri saya sendiri
yang sering menghindari konflik, menunjukkan diri sebagai orang Kristen yang
taat dan yang mengasihi Kristus, namun pada akhirnya sering mengeluh, sering
merasa lelah, bahkan membenci orang lain dalam diam. Pada akhirnya semua ini
menekan saya dan membuat segala hal yang saya lakukan terasa memuakkan. Saya
sadar sepenuhnya bahwa sampai saat ini saya masih terus berproses dalam
spiritual yang sehat secara emosi. saya masih belajar untuk berserah pada
kehendak-Nya, dan membiarkan Roh Kudus menolong saya untuk bertumbuh didalam-Nya meskipun secara perlahan, dan meninggalkan segala tindakan yang membuat saya justru stunting secara rohani. Dengan demikian kasih terhadap Allah, kasih terhadap sesama bahkan
diri sendiri dapat terus terwujud. Kasih tidak akan pernah gagal untuk
mengajarkan apa yang seharusnya kita lakukan. Mari biarkan Tuhan untuk terus menjangkau bagian hidup kita bahkan yang terdalam sekalipun. amin
Senin, 01 Januari 2024
2024 dalam penyertaan TUHAN
Selasa, 20 Juni 2023
KENAPA HARUS SAYA?
Saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar, pertama kali saya ditunjuk menjadi pembaca teks UUD saat upacara. Jika diingat-ingat mungkin itu awal mulanya saya berubah kepribadian menjadi orang yang introvert. Meskipun rasa gugup adalah hal yang wajar, tapi respon saya terhadap rasa gugup saat itu sangatlah tidak wajar karena bukan hanya tangan dan suara, bahkan kaki dan pipi saya kala itu bergetar. Anehnya, pada upacara di minggu-minggu selanjutnya saya tetap ditunjuk untuk membaca undang-undang. Kenapa harus saya? Itu yang saya tanyakan kepada mereka. Sebab dari kejadian itu seharusnya mereka sadar bahwa saya tidak mampu untuk membaca Undang-Undang Dasar dengan baik.
Pernahkah kalian juga bertanya baik kepada diri sendiri atau orang lain dengan kata-kata "Kenapa harus saya?" Kenapa bukan orang lain saja yang menurut kita lebih mampu. Entahkan itu dalam dunia pekerjaan, dalam lingkup sekolah, dalam pelayanan, atau dimanapun kita berada pertanyaan ini bisa saja muncul, entakah itu karena faktor malas atau tidak mau melakukan sesuatu yang menyusahkan kita, atau karena faktor kitanya yang kurang percaya diri sehingga kita bertanya "Kenapa harus saya?"
Sewaktu Tuhan memanggil Musa dan memintanya untuk membawa Israel keluar dari Mesir, ia menolak. Ia beralasan, "Ah, Tuhan. Aku ini tidak pandai bicara, dahulu pun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mu pun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah" (Keluaran 4:10). Perhatikan jawaban Tuhan pada ayat berikutnya, "Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni Tuhan?" Tuhan ingin mengutus Musa melakukan pekerjaan-Nya tetapi Musa merasa tidak berkemampuan cukup untuk melakukan tugas itu. Jawaban Tuhan menegaskan bahwa Tuhan tahu kondisinya " sulit bicara " sebab Tuhanlah yang membuatnya seperti itu. Kendati Musa minder, Tuhan tetap memanggil dan akhirnya mengutusnya. Selama 40 tahun Tuhan memakai Musa memimpin Israel keluar dari Mesir. Keminderan Musa tidak menghalangi Tuhan memanggil dan memakainya; keterbatasan Musa tidak merintanginya melaksanakan dan menggenapi pekerjaan Tuhan.
Sudah sebulan sejak saya membentuk kelompok pemuridan dengan beberapa orang kunci di tempat saya Tuhan percayakan untuk melayani,yaitu Komisi Pemuda. Saya beryukur dari mereka saya banyak belajar tapi juga sekaligus mengajar mereka untuk bersama-sama bertumbuh dalam pengenalan akan Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan. Mereka pun dengan rendah hati mau belajar cara cerita injil, meskipun ada diantara mereka yang berlatar belakang teologi. Singkatnya, pada minggu yang lalu mulai ada multiplikasi dan kemudian saya membentuk kelompok PA yang baru dengan orang-orang berbeda tentunya. Tapi, sesudah pertemuan perdananya kami, ada hal yang membuat saya seakan tak bersemangat lagi. Pengaruh kata-kata dari teman pemuda ini sangat besar efeknya bagi saya. Mungkin ini juga salah satu bagian dari kelemahan saya yang mudah terpengaruh dengan penilaian orang akan diri sendiri. Tapi saya tak mau menyangkali bahwa ini sangat mengusik hati saya sampai-sampai di minggu yang baru lewat ini saya melewatkan jadwal PA kami. Teman saya itu berkata bahwa apa yang saya bagikan tak cukup membuatnya yakin karena saya bukan berlatar belakang Teologi. Mungkin karena penjelasan saya yang terbata-bata dalam cerita injil ataupun dalam merespon pertanyaannya. Memang Seharusnya penolakan seperti ini menjadi hal yang wajar bagi saya karena semasa kampus dulu saya pernah diajarkan bahwa membawa seseorang menerima Kristus itu adalah pekerjaan Roh Kudus. Akan tetapi, entah kenapa dari kejadian ini timbul pertanyaan dalam diri " Kenapa harus saya?" Kenapa saya harus ditempatkan disini, melayani disini, dan bertemu dengam kepribadian orang-orang seperti ini. Kenapa Tuhan harus membuat saya yang orang awam ini untuk melayani-Nya.
Setelah direnungkan, sama halnya dengan Musa, ternyata banyak tokoh Alkitab pun yang demikian. Mereka mengeluh tatkala harus menerima tugas dari Tuhan. Tapi, Tuhan berjanji bahwa Dia yang akan menyertai mereka melalui semua tantangan yang ada. Tuhan dapat memakai siapa saja dan Tuhan tau sejauh apa kita mampu memikul salib untuk melayani Dia.
Kiranya kita semua pun tetap semangat dan terus bergantung sepenuhnya pada Tuhan. Kamu pasti mampuš
Amin...
Sabtu, 19 November 2022
OVERTHINKINGš¤
Minggu, 05 Juni 2022
BELAJAR MERASA CUKUP
Ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. —1 Timotius 6:6
Melihat bahwa aku mulai mengalihkan objek cinta yang seharusnya fokus pada Tuhan, aku pun tertunduk dan menyesal. Memohon pengampunan dan pembaharuan diri dari Tuhan sehingga hal ini pun mempengaruhi rasa cukup dalam hidupku secara keseluruhan. Hanya Yesus yang sanggup memuaskan keseluruhan jiwaku. Tak ada yang lain. Dan aku pun percaya hal sama berlaku juga untukmu. Amin